AUTEKOLOGI Dipterocarpus elongatus Korth. DI CAGAR BIOSFER PULAU SIBERUT, SUMATERA BARAT
Sari
Autekologi Dipterocarpus elongatus Korth. (pohon koka) diteliti di kawasan Cagar Biosfer Siberut, Sumatera Barat yang meliputi habitat hutan primer, hutan bekas tebangan di kawasan eks PT. Koperasi Andalas Madani dan PT. Salaki Summa Sejahtera serta hutan di Desa Madobag. Contoh plot penelitian dibuat dengan ukuran 50 m x 50 m (0,25 ha) dengan tiga ulangan. Kerapatan koka berbagai tingkatan pertumbuhan di hutan primer 32 pohon/ha, hutan bekas tebangan lima tahun delapan pohon/ha, dan hutan di Desa Madobag 44 pohon/ha, dengan kerapatan semai 3.750-5.000 anakan/ha. Habitat dan sebaran populasi D. elongatus optimum berada pada kelerengan 40-50%, pH tanah 4,5-5, kadar liat 41,7-76%, dan kadar debu 8-46,2%. Hubungan linier tinggi dan diameter pohon ≤ 10 cm mengikuti persamaan y = 0,775x + 1,606, R² = 0,7 mengindikasikan jenis ini termasuk Dipterocarpaceae cepat tumbuh. Grafik hubungan tinggi pohon dan diameter ≥ 2 cm: y = 8,700ln(x) – 6,747; R² = 0,9 menunjukkan pertumbuhan yang baik dan dominan di berbagai tipe habitat dengan INP antara 22,18-107,5%. Asosiasi D. elongatus tertinggi dengan sembilan jenis pohon dominan adalah Aporosa microsperma dan Hopea mangarawan dengan INP = 13,95% dan indeks Ochia 0,71 dan 0,52
Kata Kunci
Teks Lengkap:
pdf Bahasa Indonesia (English)Referensi
Barbour, M.G., Burk, J.H., & Pitts, W.D. (1987). Terrestrial plant ecology (Second edition). California: The Banjamin/Cummings Publishing Co, Inc.
Bismark, M. & Heriyanto, N. M. (2007). Dinamika potensi dan struktur tegakan hutan produksi bekas tebangan dalam cagar biosfer Siberut. Info Hutan IV(6), 553-564.
Bismark, M., Heriyanto, N. M., & Iskandar, S. (2007). Biomasa dan kandungan karbon pada hutan produksi di cagar biosfer Pulau Siberut, Sumatera Barat. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam V(5), 397-407.
Bismark, M. (2005). Model pengukuran biomasa populasi primata. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam II(5), 491- 496.
Bismark, M. (2006). Konservasi primata endemik Mentawai: analisis habitat dan populasi primata di Siberut Utara. Prosiding Ekspose Hasil-hasil Penelitian: Konservasi Rehabilitasi Sumber Daya Hutan (pp. 63-69). Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam.
Direktorat Jenderal Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam. (2003). Buku panduan 41 Taman Nasional di Indonesia. Kerjasama Dephut RI dengan UNESCO dan CIFOR.
Google earth. (2013). Peta digital Pulau Siberut. Image 2013 Terra Metrics. Diakses dari www.google.com.
Heriyanto, N.M. (2003). Komposisi dan struktur tegakan hutan bekas terbakar di Berau Kalimantan Timur. Buletin Penelitian Hutan 639, 21-31.
Heyne, K. (1987). Tumbuhan berguna Indonesia (Terjemahan). Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya.
Indriyanto. (2006). Ekologi hutan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Istomo & Pradiastoro, A. (2010). Karakteristik tempat tumbuh pohon-pohon gunung (D. retusus) di kawasan hutan lindung G. Cakrabuana, Sumedang, Jabar. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 8(1), 1-12.
IUCN/SSC. (1994). IUCN Red List Catagories. Fourtieth Meeting of the IUCN Council. Gland. Switzerland: IUCN Council.
Kusmana, C. (1997). Metode survei vegetasi. Bogor IPB Press.
Ludwig, J.A. & Reynolds, J.F. (1988). Statiscal ecology. Aprumer on methods and computing. New York: John Wiley & Sons.
Martawijaya, A., Kartasujana, I., Mandang, Y.I., Prawira, S.A., & Kadir, K. (1989). Atlas kayu Indonesia Jilid II. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Mueller-Dombois, D. & Ellenberg, H. (1974). Aims and methods of vegetation ecology. New York: John Wiley and Son.
Noor, M. & Juliaty, N. (2000). Pembungaan dan pembuahan jenis Dipterocarpaceae di Hutan Penelitian Wanariset Semboja, Kalimantan Timur dan sekitarnya. Buletin Penelitian Kehutanan 14(2).
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. (2011). Peta tanah Pulau Sumatera. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Saridan, A., Sist, P., & Abdurahman. (1997). Identifikasi jenis pohon pada plot permanen, proyek STREEK di Berau, Kalimantan Timur. Dipterocarpa I (1).
Schmidt, F.H. & Ferguson, J.H.A. (1951). Rainfall types based on wet and dry period ratios for Indonesia with Western New Guinea. (Verh. 42). Jakarta: Djawatan Meteorologi dan Geofisika.
Seng, O. Dj. (1990). Berat jenis dari jenis-jenis kayu Indonesia dan pengertian beratnya kayu untuk keperluan praktek. Pengumuman 13.
Simbolon, M., Adhikerana, A.S., Afriastini, J.J., & Marakarmah, A. (1997). Beberapa gatra biologis sumberdaya tumbuhan ekonomis Pulau Siberut, Sumatera Barat. dalam Eko, B. Waluyo; H. Susanto dan A.S. Adhikerana (eds.), Pulau Siberut: potensi, kendala dan tantangan pembangunan. Bogor: LIPI.
Siran, S.A. (2007). Status riset pengelolaan Dipterokarpa di Indonesia. Samarinda: Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kalimantan.
Soerianegara, I. & Indrawan, A. (1998). Ekologi hutan Indonesia. Bogor: Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.
Soerianegara, I. & Lemmens, R.H.M.J. (eds.). (2002). Sumber daya nabati Asia Tenggara 5(1): Pohon penghasil kayu perdagangan yang utama (ppl. 171-195). Jakarta: PROSEA – Balai Pustaka.
Subiandono, E., Bismark, M., & Heriyanto, N.M. (2010). Potensi jenis dipterocarpaceae di hutan produksi cagar biosfer Pulau Siberut, Sumatera Barat. Buletin Plasma Nutfah 16(1), 64-71.
Sukanda. (1996). Kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan kayu pada sistem silvikultur TPTI. Buletin Penelitian Kehutanan 10(1).
Suyana, A. & Omon, M. (2010). Uji kriteria dan indikator anakan bibit meranti merah di HPH PT. Sari Bumi Kusuma dan PT. Ikan Kalimantan. Info Hutan II(1), 57- 66.
Whitmore, T.C. & Tantra, I G.M. (1986). Tree flora of Indonesia check list for Sumatera. Bogor: Forest Research and Development Centre.
DOI: https://doi.org/10.9868/ifrj.2.1.1-14
##submission.copyrightStatement##
Copyright of Jurnal Penelitian Hutan dan Keonservasi Alam (ISSN:2338-9249)