STRUKTUR DAN KOMPOSISI JENIS VEGETASI DI PUSAT INFORMASI MANGROVE (PIM) BERAU, KALIMANTAN TIMUR

Mukhlisi Mukhlisi, Kade Sidiyasa

Sari


Penelitian tentang struktur vegetasi dan komposisi jenis pada hutan mangrove di kawasan Pusat Informasi Mangrove (PIM) Kabupaten Berau, Kalimantan Timur dilakukan dengan metode jalur berpetak. Penempatan jalur pengamatan dilakukan secara tegak lurus dengan pantai dan dimulai dari dekat pantai ke daratan. Panjang total jalur adalah 1.000 m dengan jumlah petak 120 buah, di mana setiap petak pengamatan berukuran 10 m x 10 m, sehingga luas total areal pengamatan adalah 1,2 ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kawasan PIM teridentifikasi sebanyak 21 jenis tumbuhan yang termasuk dalam 20 marga dan 19 suku. Sebagian kawasan hutan mangrove di lokasi penelitian telah mengalami kerusakan yang ditandai dengan rendahnya kerapatan pada tingkat pohon yakni 810,35 pohon/ha. Camptostemon philippinense (Vidal) Becc. merupakan satu-satunya jenis mangrove yang mendominasi pada semua tingkat pertumbuhan dengan INP semai 48,48%, pancang 92,68%, dan pohon 102,56%


Kata Kunci


Komposisi jenis, struktur tegakan, Camptostemon philippinense

Teks Lengkap:

pdf Bahasa Indonesia

Referensi


Aksornkoae, S. (1993). Ecology and management of mangroves. Bangkok: IUCN Wetlands Programme.

Atmoko, T. & Sidiyasa, K. (2008). Karakteristik vegetasi habitat bekantan (Nasalis larvatus Wurmb) di Delta Mahakam, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam V(4), 307-316.

Bengen, D.G. (2001). Pedoman teknis pengenalan dan pengelolaan ekosistem mangrove. Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. IPB.

Bismark, M. (1999). Studi ekologi makan bekantan (Nasalis larvatus) di hutan bakau Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur. Buletin Penelitian Kehutanan 13(2), 42-56.

Departemen Kelautan dan Perikanan. (2008). Bantuan pembentukan pusat informasi mangorove (PIM) Berau. (Laporan Akhir). Jakarta: PIM Berau. (Tidak dipublikasikan).

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Berau. (2009). Buku saku kawasan konservasi Kabupaten Berau. Tanjung Redeb: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Berau.

Duke, N., Kathiresan, K., Salmo III, S.G., Fernando, E.S., Peras, J.R., Sukardjo, S., …, & Ngoc Nam, V. (2008). Camptostemon philippinense. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2010.4. Diakses 7 Januari 2011 dari www.iucnredlist.org.

EU-FLEGHT. (2003). 4000 Hutan mangrove Delta Berau habis dibabat. Diakses 23 Februari 2010 dari www.eu-fleght.

Giriraj, A., Murthy. M.S.R, & Ramesh, B.R. 2008. Vegetation composition, structure and patterns of diversity: A case study from the tropical wet evergreen forest of the Western Ghats, India. Edinburgh Journal of Botany 65 (3), 447-468

Google Earth. (2011). Peta digital pulau Kalimantan. Image 2011 digital globe. Diakses 24 Agustus 2011 dari www.Google Earth.com.

Ismuranty, C. (2001). Building the co-management for the conservation and suistainable use of the Derawan Island, East Kalimantan, Indonesia. Diakses 23 Februari 2010 dari www.itmems.org.

Kartawinata, K., Soenarko, S., Tantra, I G.M., & Samingan, T. (1976). Pedoman inventarisasi flora dan ekosistem. Bogor: Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam.

Kementerian Lingkungan Hidup. (2004). Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 tentang kriteria baku dan pedoman penetuan kerusakan mangrove. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup.

Kon, K., Karukura, H., & Tongnunui, P. 2009. Effects of the physical structure of mangrove vegetation on a benthic faunal community. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology 383 (2010), 171-180.

Kusmana, C. (1997). Metode survey vegetasi. Bogor: IPB Press.

Kusmana, C., Wilarso, S., Hilwan, I., Pamoengkas, P., Wibowo, C., Tiryana, T., …, & Hamzah. (2003). Teknik rehabilitasi mangrove. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Lapaix, R. & Freedman, B. 2010. Vegetation structure and composition within urban parks of Halifax Regional Municipality, Nova Scotia, Canada. Landscape and Urban Planning 98 (2010), 124-135.

Meyer, H.A., Recknagel, A.B., & Stevenson, D.D. (1961). Forest management. New York: The Roland Press Company.

Muller-Dombois, D. & Ellenberg, H.E. (1974). Aims and method of vegetation ecology. New York: John Willey & Sons.

Nontji, A. (2002). Laut nusantara. (Edisi 3). Jakarta: Penerbit Djambatan.

Noor, Y.R., Khazali, M., & Suryadiputra, I.N.N (1999). Panduan pengenalan mangrove di Indonesia. Jakarta: Ditjen PKA dan Wetlands International Indonesia Programme.

Noorhidayah, Sidiyasa, K., & Ma’ruf, A. (2007). Struktur dan komposisi vegetasi habitat Bekantan (Nasalis larvatus Wurmb) pada hutan mangrove di bagian hilir Sungai Wain, Kalimantan Timur.

Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam IV(2), 107-116.

Pribadi, S.I., Bengen, D.G., Makinuddin, N., Ibrahim, A.M., & Widodo, S. (2005). Menuju keterpaduan pengelolaan Teluk Balikpapan. Jakarta: Mitra Pesisir/CRMP II USAID.

Richard, P.W. (1964). The tropical rain forset: an ecological study. Cambridge: Cambridge the University Press.

Romimohtarto & Juwana, S. (2001). Biologi laut. Ilmu pengetahuan tentang biota laut. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Sidiyasa, K., Noorhidayah, & Ma’ruf, A. (2005). Habitat dan potensi regenerasi pohon pakan bekantan (Nasalis larvatus) di Kuala Samboja. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam II(4), 409-416.

Snedaker, S.C. (1978). Mangrove their values and perperuation. Nature and Resources 14, 6-13.

Soerianegara, I. & Indrawan, A. (1982). Ekologi hutan Indonesia. Bogor: Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.

Tomlinson, P.B. (1986). The botany of mangroves. Cambridge: Cambridge University Press.




DOI: https://doi.org/10.9868/ifrj.2.1.25-37

##submission.copyrightStatement##



Copyright of Jurnal Penelitian Hutan dan Keonservasi Alam (ISSN:2338-9249)

    Creative Commons License