KAJIAN KONSERVASI Pinus merkusii strain Tapanuli DI SUMATERA

Hendi Suhendi

Abstract


Di Indonesia, Pinus yang tumbuh secara alami hanyalah Pinus merkusii di Sumatera yang terdiri dari strain Tapanuli, strain Kerinci dan strain Aceh. Berdasarkan persebarannya, strain Tapanuli tidak banyak dijumpai karena tercampur dengan jenis-jenis kayu daun lebar. Secara alami, strain Tapanuli ditemukan di Cagar Alam Dolok Sipirok dan Cagar Alam Dolok Saut. Dalam bentuk hutan tanaman, strain Tapanuli dibuat oleh masyarakat atau rakyat dengan anakan alam dan diambil secara cabutan di Tegakan Benih Dolok Tusam, dan sekarang sudah habis ditebang karena digantikan oleh tanaman kopi. Di wilayah kerja Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara hampir tidak pernah didapatkan informasi tentang keberadaan strain Tapanuli. Konservasi in situ dalam bentuk Cagar Alam perlu dilengkapi dengan konservasi ex situ. Sebagai langkah awal konservasi, terlebih dahulu perlu dikaji permudaan alamnya. Di samping itu, analisis kebijakan berkaitan dengan pentingnya eksplorasi dengan metode sensus pada semua kawasan konservasi di Sumatera perlu dipertimbangkan, dan pertemuan formal antar pengambil kebijakan di Departemen Kehutanan perlu direkomendasikan

Keywords


Pinus merkusii strain Tapanuli, cagar alam, permudaan alam, kebijakan

Full Text:

PDF

References


Anonimous. 1969. Peta Situasi Cagar Alam Dolok Saut, Skala 1 : 250.000. _________. 1982. Peta Cagar Alam Dolok Sipirok, Dati II Tapanuli Selatan, Propinsi Dati I Sumatera Utara, Luas 6970 ha, Skala 1 : 50.000. th_________. 1991. Proceedings of the 10 World Forestry Congress, Paris, 17-26 September 1991, Vol. I-VI. Balai KSDA Sumatera Utara II. 2002. Buku informasi kawasan konservasi di Sumatera Utara, Medan. 134 pp. Cooling, E.N.G. 1968. Fast growing timber tress of the lowland tropics No. 4. Pinus merkusii. Department of Forestry, University of Oxford, Commonwealth Forestry Institute, England. Danarto, S. 1983. Studi fenologi pembungaan, pembuahan dan penyerbukan terkendali Pinus merkusii Jungh. et De Vriese di Sempolan, Jember. Tesis Sarjana, Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta. Dorman, K.W. 1976. The genetics and breeding of Southern pines. Agriculture Handbook No. 471. Forest Service USDA, Washington, D.C. Harahap, R.M.S. 1989. Variasi komposisi monoterpene Pinus merkusii di Sumatera. Buletin Penelitian Kehutanan 4(4) : 79-86. _____________. 2000. Uji asal benih Pinus merkusii di Sumatera Utara. dalam : Prosiding Seminar Nasional Status Silvikultur 1999. Wanagama I, 1-2 Desember 1999, p.228-232. Kingmuangkow, S. 1974. Flowering and seed formation of Pinus merkusii in Northern Thailand. dalam : Ann. Rept. Thai-Danish Pine Project 1969-1974 : 49-56, Chiangmai, Thailand. Lamb, A.F.A. dan E.N.G. Cooling. 1967. Exploration, utilization and conservation of low altitude tropical pine gene resources. Department of Forestry, University of Oxford, Commonwealth Forestry Institute, England. Munawar, A.A. 2002. Studi keragaman genetik tusam (Pinus merkusii Jungh. et De Vriese) di hutan alam Tapanuli dan Kerinci dengan analisis isozim serta implementasinya dalam konservasi. Tesis Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pandjaitan, P.H. 1969. Aspek-aspk silvikultur hutan alam Pinus merkusii strain Tapanuli. Tesis Sarjana, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. Proyek Pengembangan Kawasan Konservasi di Sumatera Utara TA. 1994/1995. 1995. Laporan inventarisasi flora dan fauna Cagar Alam Dolok Sipirok. Sub Balai KSDA Sumatera Utara. Sasrosumarto, S. dan H. Suhaendi. 1985. Suatu tinjauan mengenai program pemuliaan jati (Tectona grandis L.f.) di Indonesia. Badan Litbang Kehutanan, Jakarta, 26 pp. Soerianegara, I. dan E. Djamhuri. 1979. Pemuliaan pohon hutan. Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor

Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 2 No. 1, Maret 2005 : 45 - 57

Suhaendi, H. 1988a. Pendugaan parameter-parameter genetika-ekologi dari beberapa sifat kuantitatif dalam hutan tanaman Pinus merkusii strain Tapanuli dan strain Aceh. Disertasi Fakultas Pasca Sarjana IPB, Bogor. 187 pp. __________. 1988b. Sifat-sifat morfologi, biologi pembungaan dan genetika dari Pinus merkusii Jungh. et De Vriese. Jurnal Litbang Kehutanan 4 (2) : 21-25. __________. , Komar, T.E. dan Nurhasybi. 1993. In situ conservation of forest genetic resources in Indonesia. Co-Reviewer, "State-of-the-Art-Review", ASEAN-Canada Forest Tree Seed Centre, Thailand, 66 pp. __________. 1997. Metode-metode konservasi genetik : kelebihan dan kekurangannya. dalam : Prosiding Diskusi Hasil-Hasil Penelitian, 20-21 Maret 1997 ; 49-59. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor. __________. 2000. Pola pewarisan genetik sifat-sifat kayu Pinus merkusii strain Tapanuli dan strain Aceh. dalam : Prosiding Diskusi Peningkatan Kualitas Kayu, 24 Februari 2000 ; 241-260. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor. Sukotjo. 1993. Konservasi ex situ dan in situ : Manfaat dan harapan masa depan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ekologi dan Silvikultur pada Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta, 10 Agustus 1993, 26 pp. Van de Veer, E.J.A. dan A.Govers. 1953. Reaction of Pinus merkusii on defoliation. Comm. No. 38, Forest Research Institute, Bogor.




DOI: https://doi.org/10.20886/jakk.2005.2.1.45-57

Copyright (c) 2017 Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.