ANALISIS SOSIAL EKONOMI PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN

Setiasih Irawanti, Hendro Prahasto, Dwi Astuti

Abstract


Kegiatan pengolahan gondorukem dan terpentin dapat menciptakau nilai tambah, membuka kesempatan kerja dan mengembaugkan kegiatan ekonomi lain yang terkait. Hal ini mendoroug dilakukanuya analisis sosial ekonomi pekerja produksi, kemitraan antara Perhutani dengan Pabrik Gondorukem dan Terpentiu (PGT) Swasta dan nilai tambah yang dihasilkan oleh PGT Perhutani dan PGT Swasta.

Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam Kerjasama Peugolahan (KSP) antara Perhutani dau PGT Swasta, pemilik getah pinus, gondorukem dan terpentin adalah Perhutani dan kemitraan ini membatasi PGT Swasta untuk menghasilkan kelas kualita gondorukem setinggi- tingginya. Sebagai akibatuya, kesinambungan usaha PGT Swasta tergantung pada kemampuannya untuk melakukan proses produksi yang efisien dan PGT Swasta cenderuug menekan biaya produksi dengan cara menekan upah pekerja. Pekerja produksi PGT Swasta memiliki beberapa peudapatan dalam bentuk tunai yaitu uang pengikat, upah borongan memasak getah, premi, uang makan dan THR serta pendapatan dalam bentuk natura berupa pakaian. Fungsi uang pengikat seperti upah pokok pekerja, namun dasar penentuannya tidak mengacu pada ketentuan Upah Minimum Regional (UMR), di mana uang pengikat sekitar Rp 22.500 - 35.000 per bulan lebih kecil dari upah pokok menurut ketentuan UMR yaitu Rp 50.625 per bulan. PGT Swasta rata- rata hanya bekerja 18 hari per bulan, sehingga meskipun upah pekerja produksi relatif tinggi yaitu sekitar Rp 5.300 - 7.000 per hari namun jumlah upah per bulan relatif rendah yaitu sekitar Rp 53.000 - 120.000 per bulan. Jumlah seluruh pendapatan keluarga juga relatif rendah yaitu sekitar Rp 92.700 - 210.000 per bulan atau lebih kecil dari KFM sehingga kehidupan keluarga pekerja produksi PGT Swasta belum layak.

Proses pengolahan gondorukem dan terpentin dapat meningkatkan nilainya sekitar 23,9 -34,1% per ton getah pinus yang diolah, di mana PGT Perhutani Jawa Tengah menciptakan rata-raia nilai tambali tertinggi.

 


Keywords


nilai tambah; kemitraan; gondorukem; terpentin; sosial ekonomi

References


Anonim. 1988. Tabel Input Output dan Analisis, PBB, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Anonim. 1991-1995. Publikasi Bank Indonesia 1991-1995. Bank Indonesia. Jakarta.

Biro Pusat Statistik. l 987. Analisis Perbandingan Industri Besar/Sedang, Kecil dan Rumah Tangga, Buku 2, Biro Pusat Statistik , Jakarta.

Biro Pusat Statistik. 1994. Indikator Tingkat Hidup Pekerja I 993, Biro Pusat Statistik , Jakarta.

Direksi Perum Perhutani. 1995. Buku Saku Statistik Tahun 1990-1994, Direksi Perum Perhutuni, Jakarta.

Kantor Statistik Propinsi Juwa Timur. 1987. Statistik lndustri Besar dan Sedang di Jawa Timur, Survei lndustri Besar dan Sedang 1988, Kantor Statistik Propinsi Jawa Timur, Surabaya.

Prahasto , H. dan B. M. Purnama. 1994. Nilai Tamhah lndustri Pengolahan Kayu Jati Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 12 (I ):30-35, Bogor.

Simon, H. 1988. Pengantar llmu Kehutanan, Bagian Penerbitan Fakultas Kehutunan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Silitonga, T. 1972. Masalah gondorukem dan kemungkinan pengembangannya. LPH H. Bogor.




DOI: https://doi.org/10.20886/jphh.1997.15.1.29-40

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


JURNAL PENELITIAN HASIL HUTAN INDEXED BY:

More...


Copyright © 2015 | Jurnal Penelitian Hasil Hutan (JPHH, Journal of Forest Products Research)

eISSN : 2442-8957        pISSN : 0216-4329

       

JPHH is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.