PENGOLAHAN NILAM HASIL TUMPANG SARI DI TASIKMALAYA

Gusmailina Gusmailina, Zulnely Zulnely, E Suwardi Sumadiwangsa

Abstract


Peran hasil hutan bukan kayu (HHBK) dalam menunjang kegiatan dan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan perlu dikembangkan. Pengelolaan hutan perlu diarahkan tidak hanya sebagai penghasil kayu tetapi juga sebagai penghasil HHBK yang dapat membuka lapangan perkerjaan dan penghasilan bagi masyarakat lokal dengan tetap memperhatikan faktor ekologis. Salah satu program untuk memcapai partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan hutan yang lestari adalah meningkatkan peran HHBK yang mampu meningkatkan kegiatan dan kesejahteraan masyarakat lokal sekitar hutan. Salah satu komoditi HHBK yang perlu dikembangkan adalah pengusahaan nilam secara tumpang sari terutama pada lahan kawasan hutan, sehingga dapat mendukung optimalisasi penggunaan lahan.

Data, informasi serta contoh uji (daun dan minyak nilam) dikumpulkan dari kampung Pager Ageung, Desa Pager Sari, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat yang ditanam secara tumpang sari dengan tanaman pertanian dan perkebunan pada kebun campuran. Basil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa produktivitas nilam yang ditanam secara tumpang sari di Tasikmalaya sebesar 4 kg/rumpun/panen dengan hasil DNB (daun nilam basah) sekitar 75-100 ton/ha atau sama dengan 15-20 ton DNK (daun nilam kering) per hektar sekali panen, lalu dijual ke pedagang dengan harga Rp 500/kg basah, dan Rp 2.500/kg kering, dengan nilai jual sekitar Rp 37,5-50 juta/ha. Usaha ini dikelola oleh Kelompok Tani Mitra Usaha Jaya, proses penyulingan dengan cara uap panas.

Kualitas dan rendemen minyak yang ditanam secara tumpang sari tidak kalah bagus dengan kualitas minyak yang ditanam secara monokultur. Kadar Patchouli berkisar antara 26-39,5% bahkan yang disuling di laboratorium berkisar antara 41-49,7% dengan rendemen berkisar antara 2,4-5%. Masyarakat sekitar kota Tasikmalaya semakin berminat untuk memperluas areal penanaman nilam terutam sejak adanya pabrik penyulingan di Pager Ageung, demikian juga pihak kehutanan dan PT Perhutani. Oleh sebab itu pengusahaan nilam secara tumpang sari di lahan kawasan hutan perlu dijadikan bahan pertimbangan kebijakan bagi pengelola dan pengusahaan hutan tanaman.


Keywords


Nilam; tumpang sari; rendemen dan kualitas

References


Anonim. 1998. Monografi nilam. Monograf No. 5. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.

Arnold, J.E.M. & M.R. Perez. 1998. The role of non-timber forest products in conservation and development income from forest. CIFOR-IUCN. Bogor.

Azwar. 1968. Penyulingan minyak patchouli. Karya Sarjana Muda. Akademi Kimia Analisis. PNPR, Nupika Yasa, Bogor.

Chon Ahmad & Ta'minuddin. 1978. Penuntun praktikum khusus. Sekolah Analisis Kimia Menengah Atas. Pusat Pendidikan dan Latihan. Departemen Perindustrian. Bogor.

Gusmailina, Zulnely & E.S. Sumadiwangsa. 2002. Profil pengusahaan nilam (Pogostemon cablin) pada lahan kawasan hutan di daerah Jawa Barat. (Studi Kasus I: Desa Setianegara, Kabupaten Kuningan). Seminar Hasil Penelitian Hasil Hutan. 2002. Puslitbang Teknologi Hasil Hutan. Bogor.

Intisari On line. 2001. Minyak atsiri, jawaban atas salah satu masalah klasik pertanian Indonesia. Senin, 19 November 2001. PT Cakrawala Pengembangan Agro Sejahtera. Jakarta. http://www.indomedia.com/ atsiri.htm.

Rusli, S. 2002. Diversifikasi ragam clan peningkatan mutu minyak atsiri. Makalah pada Workshop Nasional Minyak Atsiri, Oktober 2002. Direktorat Jenderal Industri dan Dagang Kecil-Menengah. Depperindag. Jakarta.

Santoso, H.B. 1994. Bertanam nilam, bahan Industri wewangian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Silva, T & C.K. Attar. 1995. Processing, refinement and value addition of NWFP's. In Report of the Expert Consultation on NWFP's, Yogyakarta, Indonesia. 17-27 Januari 1995. Non-Wood Forest Products 3. FAO. Rome.

Soenardi & M. Romli. 1994. Pola tanam wijen dan palawija untuk peningkatan penerimaan petani. Pemberitaan Penelitian Tanaman Industri : 20(1-2):16-23. Bogor.

Tan, S.H. 1962. Minyak atsiri. Balai Penelitian Kimia. PNPR. NUPIKA-Yasa. Depperindag. Penerbit Kantor Penyuluhan Depperindag. Bogor.

Wahid, P. 1992. Peningkatan tanaman melalui tanaman sela dan tanaman campuran. Proceding Temu Usaha Pengembangan. Hasil Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Oktober 1992. Balittro. Bogor.




DOI: https://doi.org/10.20886/jphh.2005.23.1.1-14

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


JURNAL PENELITIAN HASIL HUTAN INDEXED BY:

More...


Copyright © 2015 | Jurnal Penelitian Hasil Hutan (JPHH, Journal of Forest Products Research)

eISSN : 2442-8957        pISSN : 0216-4329

       

JPHH is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.