KEMAMPUAN PELAPUKAN 10 STRAIN JAMUR PADA LIMA JENIS KAYU ASAL KALIMANTAN TIMUR

Djarwanto Djarwanto, Sihati Suprapti

Abstract


Sepuluh strain jamur pelapuk diuji kemampuannya untuk melapukkan lima jenis kayu anggota famili Dipterocarpaceae dengan mengacu SNI 7207:2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Schizophyllum commune merupakan jamur pelapuk putih yang memiliki kemampuan tertinggi, kemudian diikuti oleh Trametes sp., Pycnoporus sanguineus, Tyromyces palustris, Phlebia brevispora, Polyporus sp. HHBI-209, Polyporus sp. HHBI-371, Chaetomium globosum,dan Dacryopinax spathularia, sedangkan kemampuan terendah terdapat pada jamur pelapuk coklat, Lentinus lepideus. Kehilangan berat kayu tertinggi didapatkan pada kayuDipterocarpus glabrigemmatus yang diumpan S. commune, sedangkan kehilangan berat terendah terdapat pada kayuD. glabrigemmatus dan Shorea hopeifolia yang diumpan L. lepideus. Berdasarkan klasifikasi ketahanan kayu terhadap serangan jamur pelapuk maka lima jenis kayu yaitu keruing (Dipterocarpus pachyphyllus, D. stellatus, D. glabrigemmatus), resak (Vatica nitens) dan meranti(S. hopeifolia) termasuk kelompok kayu tahan (kelas II).


Keywords


Jamur pelapuk, keruing, meranti, resak, ketahanan kayu

References


Antai, S. P., & Crawford, D. L. (1982). Degradation of extractive-free lignocelluloses by Coriolus versicolor and Poria placenta. European J. Appl. Microbiol Biotechnol, 14, 165-168.

Baldwin, R. C., & Streisel, R.C. (1985). Detection of fungal degradation at low weight loss by differential scanning calorimetry. Wood and Fibre Science, 17(30), 315-326.

BSN. (2014). Uji ketahanan kayu terhadap organisme perusak kayu. Standar Nasional Indonesia, SNI 7207:2014. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

Carll, C. G., & Highley, T. L. (1999). Decay of wood and wood-based products above ground in buildings. Journal of Testing and Evaluation, 27(2), 150-158.

Dinwoodie, J. M. (1981). Timber its nature and behaviour. Van Nostrand reinhold Co. Ltd. 190 p.

Djarwanto, Suprapti, S., & Martono, D. (2008). Koleksi, isolasi dan seleksi fungi pelapuk di areal HTI pulp mangium dan ekaliptus. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 26(4), 361-374. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.

Djarwanto, & Tachibana, S. (2009). Screening of fungi capable of degrading lignocelluloses from plantation forest. Pakistan Journal of Biological Sciences, 12(9), 669-675. ANSInet. Faisalabad, Pakistan.

Freas, A. D. (1982). Evaluation maintenance and upgrading of wood structure. A guide and commentary. The American Society of Civil Engineers. ISBN 0-87262-317-3.

Fortin, Y., & Poliquin, J. ( 1976). Natural durability and preservation of one hundred tropical African woods. International Development Research Centre. IDRC-017e. 131 p.

Martawijaya, A. (1996). Keawetan kayu dan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Petunjuk Teknis. 47 hal. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan. Bogor.

Martawijaya, A., & Barly. (2010). Pedoman pengawetan kayu untuk mengatasi jamur dan rayap pada bangunan rumah dan gedung. 77 p. IPB Press.

O’hEanaigh, D. (2000). Rot in timber. http://homepage.eircom.net/ ~woodworkwebsite/matwood/rot.htm. Diakses 13 Maret 2014

Oey, D. S. (1990). Berat jenis dari jenis-jenis kayu Indonesia dan pengertian beratnya kayu untuk keperluan praktek. Pengumuman Nr. 3. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.

Rayner, A. D. M., & Boddy, L. (1988). Fungal decomposition of wood its biology and ecology. John wiley & Sons Ltd. 587 p.

Ramirez, I. (1939). Schizophyllum commune Fr. A forest-products rotting fungus. The Philippine Journal of Foresty, 2, 121-144.

Schmidt, O. (2007). Indoor wood-decay basidiomycetes: damage, causal fungi, physiology, identification and characterization, prevention and control. German Mycologycal Society and Springer. 40p.

Spray, R. A. (2014). Moiture content in wood structural members in residences with decay damage: result of the field studies. web.ornl.gov/sci/buildings/2012/ 1985%20B3%20 papers/083.pdf. Diakses 13 Maret 2014.

Suprapti, S., & Djarwanto. (1995). Biokonversi limbah lignoselulosa menjadi biomasa yang dapat dimakan. Prisiding Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional VI tanggal 11-15 September 1995. Buku II. Hal. 1050-1072. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Suprapti, S., & Djarwanto. (2000). Seleksi fungi pelapuk lignin untuk biopulping. Prosiding Seminar Nasional Industri Ensim dan Bioteknologi tanggal 15-16 Pebruari 2000 di Jakarta. Hal. 43-50. Direktorat Teknologi Bioindustri BPPT. Jakarta.

Suprapti, S., & Djarwanto. (2012). Ketahanan enam jenis kayu terhadap jamur pelapuk. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 30(3), 227-234. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.

Suprapti, S., & Djarwanto. (2013). Ketahanan lima jenis kayu asal Cianjur terhadap jamur. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 31(3), 193-199. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.




DOI: https://doi.org/10.20886/jphh.2014.32.4.263-270

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


JURNAL PENELITIAN HASIL HUTAN INDEXED BY:

More...


Copyright © 2015 | Jurnal Penelitian Hasil Hutan (JPHH, Journal of Forest Products Research)

eISSN : 2442-8957        pISSN : 0216-4329

       

JPHH is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.