KARAKTERISTIK KAYU LOKAL UNTUK RUMAH WOLOAN DI PROVINSI SULAWESI UTARA
Abstract
Selama ini produksi rumah woloan hanya memakai beberapa jenis kayu saja, terutama jenis kayu besi (Instia bijuga), nyatoh (Palaquium spp.) dan cempaka (Elmerrillia ovalis). Pada kurun waktu sepuluh tahun terakhir, ketiga jenis kayu tersebut semakin sulit diperoleh sehingga volume produksi dan nilai ekspor rumah woloan pada sepuluh tahun terakhir telah mengalami penurunan yang signifikan. Produksi rumah woloan telah dicoba dengan bahan baku kayu kelapa, akan tetapi kesulitan memasarkannya karena kurang diminati oleh konsumen. Oleh karena itu diperlukan adanya jenis-jenis kayu lain yang dapat menggantikan (substitusi) ketiga jenis kayu di atas agar industri rumah woloan akan tetap berjalan tanpa mengalami kesulitan pasokan bahan baku kayu. Jenis kayu substitusi tersebut tentunya diharapkan memiliki sifat-sifat yang relatif sama dengan ketiga jenis kayu sebelumnya terutama sifat fisis dan mekanisnya dan tetap diminati oleh konsumen. Penelitian sifat fisis dan mekanis beberapa jenis kayu pengganti bahan baku rumah Woloan di Sulawesi Utara telah dilakukan di Balai Penelitian Kehutanan Manado dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor. Jenis kayu yang diteliti meliputi aliwowos, rorum, bugis, binuang, bolangitang, dan kenari yang berasal dari hutan di daerah Bolaang Mongondow Utara, Sulawesi Utara. Pengujian dilakukan dengan mengacu kepada standar ASTM D 143-94. Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kayu aliwowos tergolong paling berat diikuti berturut-turut rorum, bugis, kenari, binuang dan yang teringan adalah kayu bolangitang. Selain itu keenam jenis kayu tersebut tergolong mempunyai penyusutan yang relatif kecil atau stabil. Berdasarkan nilai kerapatan, keteguhan lentur statis maksimum, keteguhan tekan sejajar serat dan keteguhan gesernya, maka kayu aliwowos tergolong kelas kuat I, sedangkan kayu rorum dan bugis termasuk kelas kuat II. Kayu kenari termasuk kelas kuat III, sedangkan binuang dan bolangitang termasuk kelas kuat IV. Berdasarkan sifat-sifatnya, maka keenam jenis kayu dapat dimanfaatkan untuk keperluan bahan baku pengganti untuk rumah Woloan menggantikan jenis-jenis yang sudah ada.
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Anonim. 2000. Annual Book of ASTM Standards D.143-94. American Society for Testing and Materials. Philadelphia. USA.
Anonim. 2007. Data Ekspor Rumah Woloan. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sulawesi Utara.
Basri, E. dan N. Hadjib. 2004. Hubungan sifat dasar dan sifat pengeringan lima jenis kayu andalan Jawa Barat. J. Penelit. Has.Hut. Vol. 22. (3): 155-165 PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148
Berger, L.G. Den. 1921. Mechanische-technische eigenschappon van Indische Houtsorten. Tectona XIV. 358-36. Buitenzorg. Indonesia.
Haygreen, J.G. dan Bowyer, J.L. diterjemahkan oleh Hadikusumo, S.A. dan Prawirohatmodjo, S. 1993. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar. Gadjahmada University Press. Yogyakarta.
Heyne, K. 1950. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.
Oey, Djoen Seng, 1964. Berat Jenis Kayu-kayu Indonesia dan Pengertian dari Berat Kayu Untuk Keperluan Praktek. Pengumuman LPHH NO. 1. Bogor.
DOI: https://doi.org/10.20886/jphh.2010.28.3.278-290
Refbacks
- There are currently no refbacks.
JURNAL PENELITIAN HASIL HUTAN INDEXED BY:
Copyright © 2015 | Jurnal Penelitian Hasil Hutan (JPHH, Journal of Forest Products Research)
eISSN : 2442-8957 pISSN : 0216-4329
JPHH is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.