PENINGKATAN MUTU PADA GAHARU KUALITAS RENDAH

Gusmailina Gusmailina

Abstract


Gaharu merupakan salah satu komoditi hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang bernilai tinggi, terutama bila dilihat dari harga yang spesifik dibanding dengan komoditi lainnya. Gaharu mempunyai aroma yang wangi dan khas, sehingga gaharu telah lama diperdagangkan sebagai komoditi elit. Didalam perdagangan terdapat kelas gaharu yang mempunyai nilai ekonomis paling rendah yang tidak termasuk kelas manapun. Gaharu yang termasuk kelompok ini biasanya kurang mendapat perhatian dan cenderung tidak diminati oleh pasar. Adanya kelas kelompok gaharu tersebut umumnya disebabkan adanya penjualan batang gaharu padahal belum menghasilkan gaharu. Tulisan ini menyajikan hasil penelitian pendahuluan tentang upaya untuk meningkatkan kualitas gaharu kelas paling rendah dengan cara penetrasi larutan ekstrak gaharu dengan teknologi impregnasi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa gaharu kualitas rendah dapat ditingkatkan kualitasnya berdasarkan parameter warna, berat jenis, kadar resin serta volume larutan yang masuk kedalam gaharu. Rata-rata berat jenis gaharu meningkat antara 0,03 sampai 0,20. Kandungan resin gaharu setelah diproses meningkat 3 sampai 5 kali lipat dibanding blanko yaitu berkisar antara 29,5 sampai 52,0 %.


Keywords


Gaharu; kualitas rendah; peningkatan kualitas; impregnasi

References


Balfas, J. 2009. Kandungan Resin Pada Kayu Gaharu Kualitas Rendah. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Vol.27 No. 2. Juni 2008. Pusat Litbang Hasil Hutan, Bogor.

Burfield T., 2005. Agarwood Chemistry. http://www.cropwat.org (di baca Agustus 2008).

Konishi, T., K., A. Sugimoto, S.Kiyosawa and Y.Fujiwara. 1991. Studies on the Agalwood (Jinko). XII. Structures of Pentahydroxy-2-(2-Phenylethyl) chromone Derivatives. Chem. Pharm. Bull. 40(3): 778- 779.

Konishi, T., K. Iwagoe, A. Sugimoto, S. Kiyosawa, Y. Fujiwara and Y. Shimada. 1991. Studies on the Agalwood (Jinko). VI. Structures of Pentahydroxy-2-(2-phenylethyl) chromone Derivatives. Chem. Pharm. Bull. 39 (1): 207- 209.Masakazu, 1990. Three Sesquiterpenes from Agarwood. Phytochemistry 30:2. Japan

Muslich M. dan Krisdianto. 2006. Upaya peningkatan kualitas kayu hutan rakyat sebagai bahan baku industri. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 110-129. Pusat Litbang Hasil Hutan, Bogor.

Rohadi, D. dan S. Sumadiwangsa. 2001. Prospek dan Tantangan Pengembangan Gaharu di Indonesia. Proseding Lokakarya Pengembangan Gaharu, Mataram 4-5 September 2001. Direktorat Bina Usaha Perhutanan Rakyat. Ditjen RLPS. Jakarta.

Shimada, Y., T. Tominaga, T. Konishi, and S. Kiyosawa. 1982. Studies on the Agalwood (Jinko). I. Structures of Pentahydroxy-2-(2-Phenylethyl) chromone Derivatives. Chem. Pharm. Bull. 30: 3791- 3795.

Soehartono,T. 2001. Gaharu, Kegunaan dan Pemanfaatan. Proseding Lokakarya Pengembangan Gaharu, Mataram 4-5 September 2001. Direktorat Bina Usaha Perhutanan Rakyat. Ditjen RLPS. Jakarta

See: Ng, L.T., Chang Y.S. and Kadir, A.A. (1997) "A review on agar (gaharu) producing Aquilaria species" Journal of Tropical Forest Products 2(2): pp. 272-285.

Sumadiwangsa S. 1997. Kayu gaharu Komoditi Elit di Kalimantan Timur. Jakarta: Manggala Wanabakti. Jakarta




DOI: https://doi.org/10.20886/jphh.2010.28.3.291-303

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


JURNAL PENELITIAN HASIL HUTAN INDEXED BY:

More...


Copyright © 2015 | Jurnal Penelitian Hasil Hutan (JPHH, Journal of Forest Products Research)

eISSN : 2442-8957        pISSN : 0216-4329

       

JPHH is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.