TRADISI PELESTARIAN HUTAN MASYARAKAT ADAT TAU TAA VANA DI TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH

M. Alie Humaedi

Sari


Hutan, sebagai bagian terpenting biodiversitas dikenal memiliki nilai manfaat langsung, nilai manfaat tidak langsung, dan nilai lain yang tidak sekedar diartikan secara komersial. Nilai terakhir ini mencakup nilai warisan peradaban, budaya dan eksistensi lingkungan dan masyarakatnya. Penelitian ini bertujuan mengungkap nilai dan pandangan hidup yang melekat pada sistem sosial dan budaya yang melahirkan tradisi pelestarian lingkungan masyarakat adat Tau Taa Vana, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelestarian hutan berkait erat dengan pandangan masyarakat terhadap sakit, penyakit beserta praktik penyembuhannya. Eksistensi hutan tidak hanya diorientasikan sebagai pemenuh kebutuhan hidup, tetapi juga merupakan ekspresi keseimbangan. Tuhanalam dan manusia. Termasuk di dalamnya praktik pengobatan bakum valia dan mobolong yang memanfaatkan tanaman obat dari hutan. Selain dipersepsikan sebagai sumber penyakit, hutan juga sebagai pusat penyembuh sakit dan penyakit.

Kata Kunci


Masyarakat adat; Tau Taa Vana; praktik tradisi pengobatan; bakum valia; mobolong

Teks Lengkap:

pdf

Referensi


Agoes, A. & Jacob, T. (1984). Antropologi kesehatan. Jakarta: EGC.

Astutik, S. (2013). Koleksi flora hutan Tojo Una-Una. Dalam M.A. Humaedi, Ekspedisi menuju Tuhan II: sakit dan penyakit dalam konsepsi Masyarakat Tau Taa Vana (in press). Yogyakarta: Valia Press.

Atkinson, D.T. (1958). Magic, myth, and medicine. New York: Fawcett.

Atkinson, J.M. (1989). Agama dan Suku Wana di Sulawesi Tengah. Dalam M. Dove (Ed.), Peranan kebudayaan tradisional Indonesia dalam

modernisasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Bappeda Kabupaten Tojo Una-Una. (2007). Profil Tojo Una-Una 2007.

Ampana: Gempita.

Bennet, J.W. (1996). The ecological transition: cultural anthropology and

human adaptation. New York: Pergamon Press.

Bourdieu, P. (1997). The field of cultural production: essays on art and literature Pierre Bourdieu. Columbia: Columbia University Press.

Camang, N. (2002). Tau Taa Wana Bulang: bergerak untuk berdaya. Jakarta: Yayasan Merah Putih dan Regenskogsfondet Indonesia.

David, L. (1977). Culture, diseases, and healing: studies in medical anthropology. New York: Mc Millan Publishing.

Departemen Pariwisata. (2008). Peta Pariwisata Sulawesi Tengah. Palu:Bappeda Propinsi Sulawesi Tengah.

Departemen Sosial. (2003). Pengkajian calon lokasi permukiman komunitas adat terpencil (KAT) Suku Wana di lokasi Mpoa, Desa Bulan Jaya, Kecamatan Ampana Tete, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah (Hasil pengkajian). Palu: TIM PCLP Dinas Kesejahteraan Sosial Sulawesi Tengah.

Departemen Sosial. (2010). Data program pemberdayaan komunitas adat terpencil (Pekat). Jakarta: Tim Pekat.

Direktorat Sejarah dan Seni Tradisional. (1992). Seni budaya masyarakat di Sulawesi Tengah. Jakarta: Proyek Dokumentasi Sejarah dan Seni Tradisional.

Dumatubun, A.E. (2002). Kebudayaan, kesehatan orang Papua dalam perspektif antropologi kesehatan. Antropologi Papua, 1(1), 2-15.

Foster, G.M. (1969). Applied anthropology. Boston: Little Brow.

Grimes, B. (1996). Ethnologue Sulawesi, part of ethnologue. New York:

Summer Institute of Linguistic, Inc.

Hidayat, H., Haba, J., & Siburian, R. (2006). Politik ekologi: pengelolaan

taman nasional era otda. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Humaedi, M.A. (2010). Ketika garam terasa tidak lagi gurih, mie dan emas dikejar: ketahanan budaya dalam gelombang modernitas pada masyarakat Tau Taa Wana di Dataran Tinggi Sulawesi Tengah. Dalam M.A. Humaedi (ed), Etnisitas dan pandangan hidup komunitas suku bangsa di Indonesia. Jakarta: LIPI Press.

Humaedi, M.A. (2011). Ekspedisi menuju Tuhan I: konsep sehat dan praktik pengobatan Tau Taa Wana. Yogyakarta: Valia Press.

Humaedi, M.A. (2012). Pengakuan hak-hak kewarganegaraan Komunitas

Adat Terpencil Tau Taa Vana di pedalaman hutan Tojo Una-Una Sulawesi

Tengah. Jurnal Kajian IX(3), 27-45.

Humaedi, M.A. (2013). Ekspedisi menuju Tuhan II: sakit dan penyakit dalam konsepsi Masyarakat Tau Taa Vana (in press). Yogyakarta: Valia Press.

Kementerian Kehutanan. (2012). Statistik kehutanan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kehutanan.

Keputusan Menteri Kehutanan No. 37/Kpts-VII/1986 tentang Pengesahan

Cagar Alam Morowali Sulawesi Tengah. Jakarta: Sekretariat Jenderal.

Kleden, I. (1986). Thick description: monografi kebudayaan. Jakarta:

LP3ES.

Lombard, D. (2005). Nusa Jawa: silang budaya. (W.P. Arifin, terj.). Forum Jakarta Paris, dan École française d’Éxtrême Orient. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

McElroy, A. & Townsend, P.K. (1979). Medical anthropology in ecological prespective. Massachusetts: Duxbury Press.

Pusat Informasi KAT. (2001). Pusat data pemberdayaan komunitas adat terpencil. Diakses 11 November 2011 dari http://www.katcenter. Info /detail_artikel.php?id_ar =60.

Spradley, J.P. (1979). The ethnographic interview. New York: Holt & Winston.

Tampubolon, M.H.R. (2006). Sanksi pidana adat Masyarakat Adat Tau Taa Wana dan kontribusinya dalam pembaharuan hukum pidana Indonesia. (Tesis). Fakultas Hukum Universitas Tadulako, Palu.

Tumanggor, R. (2008). Sistem kepercayaan dan pengobatan tradisional masyarakat Barus Sumatera Utara. Jakarta: Gemilang.

Undang Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Jakarta: Kementerian Kehutanan.

Undang-Undang No. 6 Tahun 1963 tentang Kefarmasian dan Pengawasan Obat di Indonesia.

Vermeulen, S. & Koziell, I. (2002). Integrating global and local biodiversity values: a review of biodiversity assessment. London: International Institute for Environment and Development.

WWF. (tanpa tahun). My baby tree. Diakses 4 Maret 2013 dari www.wwf.or .id/cara_ anda_membantu/bertindak _sekarang.

Yayasan Merah Putih. (2007). Hutan dalam pandangan Orang Wana. Silo VI(2), 6-14.




DOI: https://doi.org/10.20886/jphka.2014.11.1.91-111

##submission.copyrightStatement##

##submission.license.cc.by-nc4.footer##

JURNAL PENELITIAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM INDEXED BY:

More...

Copyright of Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam (JPHKA)

eISSN : 2540-9689, pISSN : 0216-0439 

JPHKA is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.