KERAGAMAN GENETIK BANTENG (Bos javanicus d’Alton) DARI BERBAGAI LEMBAGA KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL MERU BETIRI

Reny Sawitri, M. S. A. Zein, Mariana Takandjandji, Anita Rianti

Sari


Banteng (Bos javanicus d’Alton)  dikonservasi  serta didomestikasi sebagai sapi bali (Bos taurus Linnaeus) sejak 3.500 SM. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh informasi hasil analisis morfometrik banteng dan
keragaman genetik populasi banteng di dalam kawasan konservasi dan lembaga konservasi serta hubungan kekerabatan antara populasi banteng dengan sapi bali melalui jarak genetik antar populasi dan jarak genetik
antar individu dengan metode multiple alignment sekuen dari program Clustal X 1.83 serta analisis filogenetik menggunakan metode neighbor-joining. Morfometrik banteng di Kebun Binatang Surabaya dan Kebun Binatang Ragunan telah mengalami perubahan secara fisik dan biologis, hal ini terjadi karena jarak genetik di dalam populasi sebesar 0,000. Di kawasan konservasi, morfometrik banteng paling besar dari Taman Nasional Baluran dilihat dari ukuran telapak kaki dan jarak kaki.  Hasil multiple alignment 657 urutan basa fragmen D-loop DNA mitokondria, terdiri dari enam haplotipe yaitu banteng 3 macam haplotipe dan sapi bali 5 macam haplotipe, dengan demikian sapi bali memiliki keragaman genetik lebih tinggi. Jarak genetik antar haplotipe sangat kecil (0,000-0,009), sehingga hubungan kekerabatan antara banteng dan sapi
bali sangat dekat. Dengan demikian untuk program pemuliaan, sapi bali dapat dilakukan perkawinan silang dengan banteng dari taman nasional.

Kata Kunci


Jarak genetik; banteng; sapi bali; kawasan konservasi; lembaga konservasi

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Abdullah, M.A.N., R.R Noor., H Martojo., & D.D Solihin. (2008). Karak terisasi sapi aceh denganmenggunakan mikro satelit. J.Indon. Trop. Anim. Agric, 33 (3),165-175.

Alikodra, H.S. (1983). Ekologi banteng (Bos javanicus d’ Alton, 1832) di

Taman Nasional Ujung Kulon. (Disertasi Pascasarjana). Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Bleskadik, N. (2009). Sejarah kebudayaan Hanoi.Diakses 17 Mei 2013 dari http://hanoi5b.wordpress.com/2009/09...sejarah. kebudayaan.

Corey, A.B., Y Isagi., S Kaneko.,B.WBrook.,D.M.J.S Bowman.,&FFrankhams. (2007). Low geneticdiversity in the bottleneckedpopulation of endangared non native banteng northern Australia. Moleculer Ecology 16,2998-3008.

Direktorat Jenderal Perlindungan Hutandan Konservasi Alam. (2003). 41

Taman Nasional di Indonesia. Jakarta: Departemen Kehutanan,CIFOR dan UNESCO.

Futuyama,D.J.(1986).Evolutionary biology. Sunderland, Massachusetts:Sinauer Associates, Inc. Publ. Guntoro, S. (2002). Membudidayakan sapi bali. Yogyakarta: Kanisius.

Handayani. (2008). Analisis DNA mitokondria badak sumatera dalam

konservasi genetik. (Disertasi Pascasarjana). Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hardjosubroto, W. (2004). Alternatif kebijakan pengelolaan berkelanjutan sumberdaya genetik sapi potong lokal dalam sistem pembibitan ternak lokal. Wartazoa 14 (3):93-97.

Hutchison, C.A., J.E Newbold., S.S Porter., & M.H Edgell. (1974). Maternal

inheritance of mammalian mitochondrial DNA. Nature 251(5475), 536-538.

Kabupaten Jembrana. (2006). Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana No. 5 tahun 2006 tentang pengendalian pemotongan sapi bali di Jembrana. Diakses 20 Februari 2012 dari http://www.jembranakab.go.id3T/hukum/peraturan_daerah_2006_5.pdf.

Kelompok Ternak Pucak Manik. (2010). 168 Sapi bali flasma nutfah hasil Indonesia. Diakses 24 Februari 2012 dari http://kelompokternakpucak

manik.blogspot .com/2010/03 sapibali-flasma-nutfah-asliindonesia.html.

Kumar, S., K Tamara,. & M. Nei (2004). Mega 3: Integrated software for

molecular evolutioner genetics analysis and sequence alignment. Briefings in Bioinformatics. Henry Stewart Publ. 5(2), 150-163.

Martojo, H. (2003). Indigenous bali cattle, the best suited cattle breed for sustainable small farms in Indonesia laboratory of animal breeding and genches. Bogor: Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University.

Mohamad, K., M Olsseon., H.T.A van Tol., S Mikko., B.H Vlamings., G Anderson., & J.A Lenstra. (2009). On the origin of Indonesian cattle. Diakses 1 Juli 2012 dari PlosONE 4(5), e 5490.doc 10.1371/journal pone.0005490. www.plosone.org.

Moritz, C., T.E Dowling., & W.M Brown. (1987). Evolution of animal mitochondrial DNA. Relevance for population biology and systematics. Ann. Rev. Ecol. Syst. 18, 269-292.

Primarck, R.B., J Supriatna., M.Indrawan, & P Kramadibrata. (1998). Biologi konservasi. Jakarta:Yayasan Obor.

Rahman, F.A. (2010). Genetic diversity of Sumatra native cattle based oncytochrome b gene. Diakses 1 Juli 2012 dari http://fatma.student.umm.ac.id./2010/11/15/genetic-diversity of Sumatra-native cattle-based-on-cytochrome b. gene.

Sambrock, J., E.F Fritsch., & T Maniatis,. (1989). Molecular, cloning a laboratory manual. (2 nd ed.). Cold Spring Harbor: Cold Spring Laboratory Press.

Sawitri, R., A. Rianti & R. Garsetiasih. (2011). Kajian keragaman genetik banteng di P. Jawa. (Laporan Hasil Penelitian). Bogor: Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi.

Sawitri, R. & M. Takandjandji. (2007). Kemungkinan reintroduksi banteng (Bos javanicus d’Alton) di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Wana Tropika 2(3),4-7.

Thohari, M., S.S Mansjoer,. B Masy’ud,. R.S Mulyono,. C Sumantri,. B

Pangestu, & Haryanto. (1995). Genetika populasi/kelompok gajah

sumatera (Elephas maximus sumatranus) dan konsep pengelolaan populasi secara lestari (populasi/kelompok Lampung, Aceh dan Riau). Media Konservasi IV(4).

Utomo, B.N., R.R Noor,. C Sumantri., I Supriatna., & E.D Gurnad. (2010). Keragaman genetik sapi katingan dan hubungan kekerabatannya dengan beberapa sapi lokal lain menggunakan analisis DNA mikrosatelit. JITV 16(12), 113-126.

Williamson, G. & W.J.A. Payne, (1993). An introduction to animal husbandry in the tropics. (3 rd ed.). London: Longman Group Limited.

WWF-Indonesia. (2002). Analisa kompetisi badak dan banteng. (Laporan Kegiatan WWF-Indonesia). Balai Taman Nasional Ujung Kulon.

Yahya, M. (2001). Population study on javan rhinoceros (Rhinoceros sondaicus) using camera trap in Ujung Kulon National Park. (Report Acti-

vity of WWF Indonesia). Directorate General of Forest Protection and Nature Conservation and Ujung Kulon National Park Authority.




DOI: https://doi.org/10.20886/jphka.2014.11.2.155-159

##submission.copyrightStatement##



JURNAL PENELITIAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM INDEXED BY:

More...

Copyright of Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam (JPHKA)

eISSN : 2540-9689, pISSN : 0216-0439 

JPHKA is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.