PENGGUNAAN MODEL HIDROLOGI SWAT DALAM PENGELOLAAN DAS CISADANE

Edy Junaidi, Surya Dharma Tarigan

Sari


Efektifitas dari pengelolaan DAS harus memperhatikan respon hidrologi pada setiap pelaksanaannya. Dengan demikian dalam analisis pengelolaan DAS sebaiknya mengggunakan model hidrologi. Penelitian ini meman- faatkan model hidrologi SWAT (Soil and Water Assessment Tool). SWAT merupakan model terdistribusi yang terhubung dengan SIG (Sistem Informasi Geografis) dan mengintegrasikan dengan DSS (Decision Support System). Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi sub DAS dan penggunaan lahan yang menyebabkan permasalahan pada DAS Cisadane, dan (2) mengevaluasi implementasi perencanaan pengelolaan DAS Cisadane. Hasil analisis SWAT, ada tiga sub DAS dikategorikan sebagai sub DAS yang berpotensi menyebabkan masalah tata air dan penggunaan lahan pada DAS Cisadane, yaitu sub DAS Cisadane hilir 2, sub DAS Cisadane tengah 2, dan sub DAS Cisadane hulu 8. Sub DAS yang menjadi penyumbang peak flow terbesar adalah sub DAS Cianten hilir 3 dan Sub DAS Cianten hulu 3. Sedangkan sub DAS sebagai penghasil sedimentasi terbesar berturut-turut adalah sub DAS Ciampea, sub DAS Cihideung dan sub DAS Cinangneng. Evaluasi perencanaan pengelolaan DAS dengan penerapan skenario gabungan, untuk kriteria tata air menun- jukkan hasil baik, tetapi untuk kriteria penggunaan lahan masih termasuk kriteria buruk. Model SWAT dapat digunakan untuk mengidentifikasi sub DAS dan unit lahan yang berpotensi menyebabkan masalah pada DAS dan mengevaluasi beberapa  alternatif perencanaan pengelolaan DAS. Penggunaan model  SWAT  dapat menentukan perencanaan pengelolaan DAS terbaik.


Kata Kunci


Manajemen pengelolaan DAS; model hidrologi dan SWAT

Teks Lengkap:

pdf

Referensi


Arnold, J. G., & Kiniry, J. W. (2005). Soil and Water Assessment Tool Theoretical Documentation (version 2005). Agricultur Research Service US. Texas. Retrieved Oktober 31, 2008, from http://www.http.brc.tamus.edu/swat/document. html.

Arnold, J. G., Kiniry, J. R., & Williems, J. R. (2005). Soil and water assessment tool theoretical docu mentation (version 2005). Agricultur Research Servic US. Retrieved Oktober 31, 2008, from http://www.http.brc.tamus.edu/swat/document. html

Arsyad, S. (2006). Konservasi tanah dan air. Bogor: IPB Press.

Balai Pengelolaan DAS Ciliwung-Cisadane.(2002). RTL RLKT DAS Cisadane. Jakarta: Direktorat Jenderal RLPS. Departemen Kehutanan. (tidak dipublikasikan).

BAPPEDA Kabupaten Bogor. (2005).RTRW Kabupaten Bogor. Subid Tata Ruang dan Lingkungan Hidup. Bogor: BAPPEDA Kabupaten Bogor. (tidak dipublikasikan).

BAPPEDA Kabupaten Tangerang. (2005).RTRW Kabupaten Tangerang.Subid Tata Ruang dan Lingkungan Hidup. Tangerang: BAPPEDA Kabupaten Tangerang. (tidak dipublikasikan).

Harto, S. (2000). Hidrologi teori masalah penyelesaian. Yogyakarta: Nafiri Offset.

Luis, F. L. (2007). Map window interface for SWAT (MWSWAT). Retrieved Mei 5, 2008, from http://www. waterbase.org/document.html

Murtilaksono, K., & Hidayat, Y. (2004).Kerangka logis (logframe) pengelolaan daerah aliran sungai. Prosiding Seminar Degradasi Lahan dan Hutan. Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia. Universitas Gadjah Mada dan Departemen Ke hutanan.

Pawitan, H. (2004). Aplikasi model erosi dalam perspektif pengelolaan daerah aliran sungai. Prosiding Seminar Degradasi Lahan dan Hutan. Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia. Universitas Gadjah Mada dan Departemen Kehutanan.

Wibowo, S. (2004). Masalah degradasi lahan dan upaya rehabilitasi hutan dan lahan. Prosiding Seminar Degradasi Lahan dan Hutan. Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia. Universitas Gadjah Mada dan Departemen Kehutanan.




DOI: https://doi.org/10.20886/jphka.2012.9.3.221-237

##submission.copyrightStatement##



JURNAL PENELITIAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM INDEXED BY:

More...

Copyright of Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam (JPHKA)

eISSN : 2540-9689, pISSN : 0216-0439 

JPHKA is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.