POTENSI MASYARAKAT DAN PERANAN KELEMBAGAAN DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH

Wanda Kuswanda, Abdullah Syarief Mukhtar

Sari


Keberadaan masyarakat  di sekitar zona penyangga akan mempunyai   interaksi dan berpengaruh terhadap Taman Nasional Bukit Tigapuluh   (TNBT). Penelitian ini bertujuan untuk rnendapatkan informasi tentang potensi (karakteristik, persepsi, dan interaksi)  masyarakat dan peranan kelembagaan dalam pengelolaan zona penyangga TNBT. Pengumpulan   data dilakukan melalui kuesioner  dan wawancara  dengan masyarakat   dan stakeholder terkait yang dianalisis dengan tabel  frekuensi dan  sistem AnalytiHierarchy Process (AHP). Karakteristik masyarakat sebagian besar merupakan penduduk asli, suku  Melayu, beragama   Islam, dan bekerja sebagai  petani.  Persepsi  masyarakat  tergolong  positif  meskipun   interaksi  terhadap kawasan TNBT masih cukup tinggi,  Peranan  kelembagaan  dalam penataan batas dan ruang serta perlindungan taman nasional merupakan  prioritas program  Balai TNBT  (nilai  = 0,339 dan 0,421, artinya  33,9% dan  42,1% hal tersebut dinilai  responden sebagai peranan Balai TNBT), peningkatan sumberdaya   manusia dan ekonomi  sebagai prioritas lernbaga masyarakat lokal (0,462), dan pemantauan pengelolaan daerah penyangga sebagai  prioritas Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)(0,315). Program   pernberdayaan lembaga masyarakat  lokal  dapat dilakukan dengan   membuat kebijakan yang berorientasi  pada kepentingan  rnasyarakat,   pelatihan, dan memberikan  bantuan  modal.


Kata Kunci


Zona penyangga; peranan kelembagaan; persepsi; Taman Nasional Bukit Tigapuluh

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Arlan,Y. 1999. Konsep serta pengembangan program dan konservasi di Daorah Penyangga Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Prosiding Lokakarya Daerah Penyangga Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Kerjasarna Bappeda Kabupaten lnclragiri Hulu dengan Balai Taman Nasional Bukit Tigapuluh dengan Yayasan WWF Indonesia. Rengat.

Balai Pengelolaan DAS Indragiri-Rokan. 2002. Inventarisasi dan identifikasi fisik dan sosial ekonomi budaya masyarakat sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Kerjasama Balai Pengelolaan DAS lndragiri-Rokan dengan Balai Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Riau.

Dinas Pekerjaan Umum, Riau. 2000. Rencana detail tata ruang Kawasan Penyangga Taman Nasional Bukit Tigapuluh 2001-2011. Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Propinsi Riau. Riau.

Edaran Menteri Dalam Negeri No.660.1/269/V/Bangda Tahun 1999 tanggal 16 Februari 1999 tentang Pengelolaan Kawasan Penyangga Taman Nasional.

Fakultas Kehutanan IPB. 2000. Inventarisasi, identifikasi dan pemetaan potensi wanafarma Provinsi Jambi: Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Cagar Biosfer Bukit Duabelas, dan Taman Nasional Berbak. Kerjasama Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan dan Perkebunan dengan Fakultas Kehutanan IPB. Jakarta.

Kuswanda, W., Sugiarti, E.P. Manik, dan A. M. Putra. 2003. Model pengelolaan terpadu Zona Penyangga di Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Provinsi Jambi. Laporan Akhir Penelitian. Balai Litbang Kehutanan Sumatera. Aek Nauli-Pematang Siantar.

Keputusan Menteri Kehutanan No. 6407/Kpts-11/2002 Tanggal 21 Juni 2002 tentang Taman Nasional Bukit Tigapuluh.

MacKinnon, K.., John MacKinnon. G. Child dan J. Thorsen. 1993. Pengelolaan kawasan yang dilindungi di daerah tropika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 Tanggal 19 Agustus 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

Rowland, I. 1999. Perencanaan dan pengembangan program kehutanan di Daerah Penyangga Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Prosiding Lokakarya Daerah Penyangga Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Kerjasama Bappeda Kabupaten Indragiri Hulu dengan Balai Taman Nasional Bukit Tigapuluh dengan Yayasan WWF Indonesia. Rengat.

Saaty, T. L. 1993. Pengambilan keputusan bagi pemimpin: Proses hirarki analitik untuk pengambilan keputusan dalam situasi yang kompleks. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.

Schmidt, F.H. and J.H.A. Ferguson. 1951. Rainfall type on wet and dry periode ratios for Indonesia with Western New Guinea. Verb. No. 42. Direktorat Meteorologi dan Geofisika. Jakarta.

Sinaga, W. H. 1999. Kondisi dan permasalahan Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Prosiding Lokakarya Daerah Penyangga Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Kerjasama Bappeda Kabupaten lndragiri Hulu dengan Balai Taman Nasional Bukit Tigapuluh dengan Yayasan WWF Indonesia. Rengat.

Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tanggal 10 Agustus 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Yunus, M. 2005. Menyingkap misteri hutan Taman Nasional Bukit Tiga puluh. Publikasi Program Konservasi Harimau Sumatera. Pematang rebah, Riau.




DOI: https://doi.org/10.20886/jphka.2006.3.4.459-475

##submission.copyrightStatement##

##submission.license.cc.by-nc4.footer##

JURNAL PENELITIAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM INDEXED BY:

More...

Copyright of Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam (JPHKA)

eISSN : 2540-9689, pISSN : 0216-0439 

JPHKA is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.