HABITAT DAN POTENSI REGENERASI POHON PAKAN BEKANTAN (Nasalis larvatus) DI KUALA SAMBOJA KALIMANTAN TIMUR

Kade Sidiyasa, Noorhidayah Noorhidayah, Amir Ma'ruf

Sari


Bekantan (Nasalis larvatus) yang merupakan salah satu satwa endemik di Kalimantan juga dijumpai pada hutan mangrove di Kuala Samboja Kalimantan Timur. Kondisi habitat dan potensi regenerasi pohon pakannya telah diteliti.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sonneratia caseolaris sebagai sumber pakan utarna  bekantan mendorninasi tegakan pada semua tingkat pertumbuhan (pohon, pancang, semai).  Berdasarkan penyebaran kelas diameter batang, proses regenerasi alami pada tingkat pohon berlangsung dengan sangat baik yang dicirikan oleh kehadiran pohon-pohon yang berdiameter batang kecil (10-20 cm) dengan jumlah terbanyak. Kondisi regenerasi yang baik tidak dijurnpai pada tingkat pancang dan semai.  Terutama pada tingkat semai bahkan sangat rendah, hanya terdapat sebanyak 39,68 semai/ha.  Tidak ada anakan dari jenis pohon lain yang tercatat pada tingkat sernai.  S.  caseolaris diketahui sebagai sumber pakan yang utama bagi bekantan di Kuala Samboja.


Kata Kunci


Bekantan; regenerasi; pohon pakan; Sonneratia caseolaris; Kalimantan Timur

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Alrasjid, H. 1984. Penilaian permudaan alam hutan mangrove antara Sungai Ganang dan Sungai Mandah, Riau. Proseding Seminar II Ekosistem Mangrove : 314-320, Jakarta.

Bismark, M. 1986. Aktivitas dan pola pergerakan harian bekantan di hutan bakau Taman Nasional Kutai Kalimantan Timur. Buletin Penelitian Hutan No. 476: 31-45. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Bogor.

Bismark, M . 1999. Studi ekologi makan bekantan (Nasalis larvatus) di hutan bakau Taman Nasional Kutai Kalimantan Timur. Buletin Penelitian Kehutanan. Jakarta.

Bismark, M., S. Iskandar dan R. Sawitri. 2000. Pedoman teknis pengelolaan bekantan (Nasalis larvatus) di Kalimantan. Info Hutan No. 121. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Bogor.

Bismark, M., R. Garsetiasih, S. Iskandar, E. Subiandono, R. Sawitri dan N. M. Heriyanto. 2003. Daya dukung habitat sebagai parameter dominan dalam pengelolaan populasi satwaliar di alam. Paket Teknologi : 35-47. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Bogor.

Darnaedi, D. dan A. Budiman. 1984. Analisis vegetasi hutan mangrove Morowali, Sulawesi Tengah. Proseding Seminar II Ekosistem Mangrove : 162-171. Jakarta.

Kirkwood, J. K. and Stathos. 1992. Biology, rearing, and care of young primates. Oxford University Press, New York.

Mackinnon, K., G. Hatta, H. Halim and A. Mangalik. 2000. Ekologi Kalimantan. Prenhallindo, Jakarta.

Ma'ruf, A. 2004. Studi perilaku bekantan (Nasalis larvatus) di daerah Balikpapan dan sekitarnya. Makalah seminar hasil penelitian dan kegiatan pelestarian keanekragaman hayati wilayah Kalimantan. Loka Penelitian dan Pengembangan Satwa Primata, Balikpapan.

Mueller-Dombois, D. and H. Ellenberg. 1974. Aims and methods of vegetation ecology. John Willey & Sons, New York.

Soehartono, T. dan A. Mardiastuti. 2003. Pelaksanaan Konvensi CITES di Indonesia. Japan International Coorperation Agency, Jakarta.

Yasuma, S. 1994. An invitation to the mamals of East Kalimantan. Pusprohut Special Publication No.3. Samarinda.




DOI: https://doi.org/10.20886/jphka.2005.2.4.409-416

##submission.copyrightStatement##

##submission.license.cc.by-nc4.footer##

JURNAL PENELITIAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM INDEXED BY:

More...

Copyright of Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam (JPHKA)

eISSN : 2540-9689, pISSN : 0216-0439 

JPHKA is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.