MONITORING TINGKAT KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DENGAN METODE KEETCH BYRAM DROUGHT INDEX SELAMA PERIODE EL-NIŇO DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

Rezfiko Agdialta

Sari


Selain aktivitas manusia, penyebab utama terjadinya kebakaran hutan dan lahan yaitu adanya faktor pendorong dari kondisi cuaca dan iklim ekstrim seperti El-Nino. Untuk mengetahui potensi kebakaran hutan di wilayah Sumatera Selatan dalam hal ini menggunakan metode KBDI (Keetch Byram drought Index) yaitu berupaindex kekeringan yang dapat mengetahui potensi kebakaran suatu wilayah dengan menggunakan skala sifat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi kebakaran hutan dan lahan setiap bulan disuatu wilayah dengan menggunakan nilai KBDI selama periode kejadian El Niño pada tahun 2006 – 2015. Adapun data yang digunakan yaitu data curah hujan harian, data suhu maksimum harian yang diperoleh dari beberapa pos pengamatan di Kabupaten/Kota Sumatera Selatan, data titik panas dari Satelit MODIS Aqua-Terra selama periode 2006 – 2015. Analisis dilakukan dengan mencari nilai KBDI harian kemudian di rata-rata tiap bulan. Dari hasil pengeolahan tersebut menunjukkan bahwa rata-rata potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan paling tinggi selama tahun 2006, 2009dan 2015 terjadi pada bulan Juli, Agustus, September, dan Oktober. Puncaknya terjadi pada bulan September dan Oktober,dan pada bulan tersebut rata-rata KBDI berada pada tingkat ekstrim serta memiliki banyak titik panas.


Kata Kunci


Kebakaran Hutan, KBDI, titik panas

Referensi


Abadi, P., Rahmawanty, dan Affifudin, Y. (2013). Informasi Kebakaran Hutan dan Lahan Berdasarkan Indeks Kekeringan dan Titik Panas di Kabupaten Samosir., Jurnal Bidang Kehutanan vol 2, No. 2.

Agdialta, R. (2016). Hubungan Tingkat Kekeringan Denga N Metode Keetch Byr Am Drought Index (KBDI) TerhadapJumlah Titik Api dan Analisis Konsentrasi PM10 di Kota Palembang. 2016. Skripsi Sarjana, Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Tangerang Selatan.

Akbar, A. (2008). Pengendalian kebakaran hutan berbasis masyarakat sebagai upaya mengatasi risiko dalam REDD. Tekno Hutan Tanaman, I (1), 11–22.

Budiningsih, K., (2017). Implementasi Kebijakan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 14 (2), pp.165-186.

Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Balai Besar TNGL. (2007). Laporan Akhir Kajian Penilaian Karbon di Bukit Lawangdalam Rangka Pemanfaatan Jasa Lingkungan di BalaiBesar TNGL.Bogor:PT. Boraspati Wahana.

Deeming, J.E. (1995). Pengembangan Sistem Penilaian Bahaya Kebakaran Di Provinsi Kalimantan Timur Indonesia.(IFFM-Dephutbun/GTZ)

Irwandi, H., N., I.M.Kurniawan, E. dan Megalinda, Y. (2017). Pengaruh El-Nino Terhadap Variabilitas Curah Hujan di Sumatera Utara. Jurnal Ilmu Fisika dan Teknologi, Vol. 1, No. 2.

KeetchdanByram, 1988 dalam Heryalianto, S.C. (2006). Studi Tentang Sebaran Titik Panas (Hotspot) Sebagai Penduga Kebakaran Hutan dan Lahan di Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2003 dan Tahun 2004. Skripsi Sarjana,Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mock, F.J. (1973). Land Capability Ap-praisal Indonesia Water Availability Appraisal. FAC. 1

Nugroho, S.P. (2015). 800 Ribu Hektar Karhutla di Sumatera Hingga Oktober 2015.http://bnpb.go.id/berita/2693/800-ribu-hektar-karhutla-di-sumatera-hingga-oktober-2015. Diakses pada tanggal 19 Juli 2016.

Saharjo, B.H. and Velicia, W.A., (2018). Peran Curah Hujan Terhadap Penurunan Hotspot Kebakaran Hutan dan Lahan di Empat Provinsi di Indonesia Pada Tahun 2015-2016 The Role of Rainfall Towards Forest and Land Fires Hotspot Reduction in Four Districs in Indonesia on 2015-2016. Jurnal Silvikultur Tropika, 9 (1), pp.24-3

Tarigan, H. (2010). Pemetaan Daerah Rawan Kebakaran Hutan di Propinsi Sumatera Utara Berdasarkan Data Satelit TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission). Tesis Magister Sains, Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara.




DOI: https://doi.org/10.20886/jpks.2021.2.1.11-24

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.


Jurnal Penelitian Kehutanan Sumatrana