KERENTANAN SOSIAL EKONOMI DAN BIOFISIK DI DAS SERAYU: Collaborative Management

Nur Ainun Jariyah, Irfan Budi Pramono

Abstract


Selama ini faktor-faktor untuk mengukur monev kinerja DAS belum dilakukan secara menyeluruh masih bersifat parsial. Untuk itu diperlukan suatu kajian yang bisa menghubungkan aspek sosial ekonomi dan biofisik dalam kinerja DAS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kerentanan sosial ekonomi dan biofisik yang mendukung dalam monev kinerja DAS lintas kabupaten. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data yang diambil merupakan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data sosek dilakukan dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner. Data biofisik diperoleh dari hasil interpretasi peta-peta dan pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kerentanan sosial ekonomi tinggi terjadi pada daerah dengan kerentanan biofisik tinggi atau sebaliknya. Oleh karena itu dalam pengelolaan DAS tidak dapat ditentukan apakah aspek sosial ekonomi atau biofisik yang diprioritaskan, tetapi harus dilihat kasus perkasus. Pengelolaan DAS akan berhasil apabila dilakukan secara “Collaborative Management”, sehingga diperlukan partisipasi aktif semua stakeholder.

Keywords


Kerentanan DAS; kerentanan sosial; ekonomi; biofisik; monitoring dan evaluasi DAS

Full Text:

PDF

References


Badan Pusat Statistik. 2009a. Cilacap dalam Angka tahun 2009. BPS Cilacap. Cilacap.

_________________. 2009b. Pendapatan Regional Kabupaten Cilacap Tahun 2009. BPS Cilacap. Cilacap.

_________________. 2009c. Banyumas dalam Angka tahun 2009. BPS Banyumas. Banyumas.

_________________. 2009d. Purbalingga dalam Angka tahun 2009. BPS Purbaling ga. Purbalingga.

_________________. 2009e. Banjarnegara dalam Angka tahun 2009. BPS Banjarnegara. Banjarnegara.

_________________. 2009f. Pendapatan Regional Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009. BPS Banjarnegara. Banjarnegara.

_________________. 2009g. Wonosobo dalam Angka tahun 2009. BPS Wonosobo. Wonosobo.

Becerra, E. H. 1995. Monitoring and Evaluation of W a tershed M anag ement Project Achievements. FAO Conservation Guide 24. FAO. Rome.

Christian, C. S. and C. A. Stewar t. 1968. Methodology of integrated surveys. In. Aerial Surveys Integrated Studies. Proc. UNESCO Conference on Principles and Methods of Integrating Aerial Surveys of Natural Resources for Development, 21-25 September 1964, Toulouse, France. p. 233-280.

Gunawan. 2008. Banjir Akibat Tak Optimalnya Pengelolaan DAS, Kata Para Pakar. 9 Januari 2008. Online. www.antaranews.com. (diakses 8 Februari 2011).

Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia. Nomor SK.328/Menhut- II/2009. Tentang Penetapan Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam Rangka Pembangunan Jangka Mengengah (RPJM) Tahun 2010-2014.

Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Tentang Pedoman Monitoring dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai No: P.04/V-SET/2009 Tanggal : 05 Maret 2009.

Lahan Kritis 2004. http://bpdas-serayuopakprogo.dephut.go.id

Paimin, Sukresno dan Purwanto. 2006. Sidik Cepat Degradasi Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS). Pusat Penelitan dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

Paimin, Sukresno, Tyas M Basuki, dan Purwanto. 2002. Monitoring dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai Dalam Perspektif Diagnosa K e sehatannya. Prosiding S eminar Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan DAS. Surakarta, 23 Desember 2002.

Paimin. 2009. Laporan Akhir Hasil Penelitian Tahun 2003-2009. Usulan Kegiatan Hasil Penelitian (UKP). Sistem Karakterisasi Daerah Aliran Sungai. Balai Penelitian Kehutanan Solo. Departemen Kehutanan.

Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.42/Menhut-II/2009, 26 Juni 2009 tentang Pola Umum, Kriteria dan Standar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu.

Rusdiana. Omo, Sudaryanto, I. Ichwandi, N.M. Arifjaya, Hendrayanto dan R. Soekmadi. 2003. Hubungan Kerjasama Institusi Dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kasus DAS Ciliwung. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sanudin dan Bambang S. Antoko. 2007. Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat di DAS Asahan, Sumatra Utara. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. Vol 4 No.4 Desember 2007, Hal 355-367.

Susilo, H. 2009. 35 DAS di Jateng Kritis. Kompas, 7 April 2009.

Tim Peneliti BP2TPDAS-IBB. 2004. Pedoman Monitoring Dan Evaluasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (edisi revisi 2004). BP2TPDAS- IBB Surakarta.

Walker, J., D. Alexander, C. Irons, B. Jones, H. Penridge, and D. Rapport. 1996. Catchment Health Indicators : An Overview. In. J. Walker and D. J. Reuter. Indicators of Cacthment Health. A Technical perspective. CSIRO. Australia.

Www.ipb.ac.id. Pengelolaan DAS Citandui. Diakses 20 Februari 2013.

Www.Banjarnegarakab.go.id. Upaya Mengatasi Permasalahan Lingkungan Hidup di Kabupaten Banjarnegara (Khususnya di DAS Sungai Serayu). Diakses 23 Juli 2013.

Wiyono T. Putro, 2008, Pentingnya Partisipasi dan Penguatan Kelembagaan Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Jawa, Makalah Kursus Pengelolaan Hutan, DERAS Training Centre, Yogyakarta.




DOI: https://doi.org/10.20886/jpsek.2013.10.3.141-156

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2015 Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan



Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Indexed by:

 ...More

Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan (JPSEK)
eISSN : 2502-4221 pISSN : 1979-6013
JPSEK is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.