The Effect of Weaning Tecnique to Survival Rate and Height Growth of Nyamplung (Calophyllum inophyllum) Plant

Ady Suryawan, Arif Irawan

Abstract


Technical rehabilitation planning of BPDAS Tondano on coastal area has reached 10,000 hectares, thus require many seedlings. Nyamplung has potential as rehabilitation plant in coastal at the same time it can support national demand of biofuel. However the nurseries of nyamplung in North Sulawesi are not optimal and need appropriate information of weaning method. This research used completely randomized design with three treatment factors, namely 1) Cutting the leaves consist of two levels ie D1 (pair leaves) and D2 (intact leaf); 2) Cutting intact seeds, consists of two levels i.e B1 (removed seed) and B2 (intact seeds); and 3) Cutting the roots lenght consist of three levels i.e A1 (5 cm), A2 (10 cm) and A3 (15 cm). There were 180 seedlings taken from seed that germinated using cocopeat media. Results of variance analysis showed that the applied treatment only affect the heigth growth. The survival rate is not affected by all treatments or in the other words survival rate reached 100 %. The treatments on leaves and seeds gave significant effect, on the contrary with root treatment. The treatment of intact leaf (D2) and intact seeds (B2) produced the best height growth responses i.e 4.60 cm and 4.63 cm.

Keywords: Calophyllum inophyllum, survival rate, weaning technique, height


Keywords


Calophyllum inophyllum, Survival rate, Nyamplung, Weaning and Height

References


Adinugraha, H. A., Pudjiono, S., dan Hasnah, T. M. (2013). Teknik Produksi Bibit Nyamplung (Calophyllum inophyllum). Yogyakarta : Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan http://www.biotifor.or.id

Ai, S,N. (2012). Evolusi fotosintesis pada tumbuhan. Jurnal Ilmiah Sains, 12(1), 28 - 34.

Baker, F. S., Daniel, T. W. dan Helms, J. A. (1992). Prinsip - Prinsip Silvikultur 2nd Edition . Yogyakarata: Gadjah Mada Press.

BPDAS Tondano. (2011). Rtk-RHL Ekosistem Mangrove dan Sempadan Pantai (Rtk-RHL MSP) Provinsi Sulawesi Utara. Rapat Fasilitasi Kelompok Kerja Mangrove Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Biro SDA Propinsi Sulawesi Utara. Manado, 13 November 2012.

Bustomi, S., Rostiwati, T., Sudradjat, R., Leksono, B., Kosasih, A. S., Anggraeni, I., Syamsuwida, D., Lisnawati, Y., Mile, Y., Djaenuddin, D., Mahfudz, dan Rahman, E. (2008). Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) Sumber Energi Biofuel yang Potensial. Jakarta: Badan Litbang Kehutanan .

Danu, Subiakto, A. dan Abidin, A. Z. (2011). Pengaruh umur pohon induk terhadap perakaran stek nyamplung (Calophyllum inophyllum L.). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 8(1), 41 - 49.

Darwiati W., Anggraeni, I., dan Bustomi, S. (2013). Tingkat serangan dan cara pengendalian penyakit blendok pada hutan nyamplung (Callophyllum inophyllum L.) di Kabupaten Purworejo Jawatengah. Tekno Hutan Tanaman, 6(2), 81 - 89.

Friday, J. B. dan Okana, D. (2006). Species Profiles for Pacific Island Agroforestry : Calophyllum inophyllum (kamani). Traditionaltree.org: http://www.traditionaltree.org

Hani, A. (2011). Pengaruh penyiraman air laut terhadap bibit nyamplung (Calophylum inophylum). Tekno Hutan Tanaman, 4(2), 79 - 84.

Hani, A., Handayani, W., Mile, M. Y., Junaedi, E., Bardunasar, A., dan Rusdi. (2010). Teknik Penanaman dan Pola Tanam Nyamplung (Calophyllum inophyllum) Pada Lahan Pantai. Ciamis, Jawa Barat: Balai Penelitian Kehutanan Ciamis.

Hasnah, T. (2013). Pengaruh ukuran benih terhadap pertumbuhan bibit nyamplung (Calophyllum inophyllum). Wana Benih, 14(2), 119 - 134.

Hasnah, T. (2014). Pengaruh skarifikasi biji terhadap perkecambahan dan pertumbuhan bibit nyamplung. Wana Benih, 15(1), 10 - 20.

Hasnah, T. M. dan Windyarini, E. (2014). Variasi genetik pertumbuhan semai pada uji provenan nyamplung (Calophyllum inophyllum) dari delapan pulau di Indonesia. Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan, 2(2), 77 - 88.

Hendrati, R. L., Putri, A. I., dan Setiadi, D. (2012). Seleksi spesies adaptif pada daerah kering untuk antisipasi perubahan iklim global. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 9(1), 23 - 35.

Heryati, Y. (2013). Flyer nyamplung. forplan.or.id: http://forplan.or.id

Kramer, P. J. dan Boyer, J. S. (1995). Water Relation of Plant and Soil. Newark, USA: University of Delaware.

Latifah, S. (2004). Tinjauan Konseptual Model Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Hutan. Medan : Universitas Sumatra Utara Digital Library. http://repository.usu.ac.id

Leksono, B., Hendrati, L. R., Windyarini, E., dan Hasnah, T. (2014). Variation in biofuel potential of twelve Clophyllum inophyllum populatian in Indonesia. Indonesian Journal of Forestry Research, 1(2), 127 - 138.

Leksono, B., Widyatmoko, Pudjiono, S., Rahman, E., dan Putri, K. P. (2010). Pemuliaan Nyamplung (Calophyllum inophylum L) Untuk Bahan Baku Biofuel. Yogyakarta: Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.

Mile, M. (2007). Pengembangan species tanaman pantai untuk rehabilitasi dan perlindungan kawasan pantai pasca tsunami. Info Teknis, 1(2), 1 - 8.

Pemerintah. (2006). Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

Praptoyo, H. dan Wathoni, F. (2013). Pengaruh perbedaaan tempat tumbuh terhadap variasi sifat anatomi bambu wulung (Gigantochloa atroviolaceae) pada kedudukan aksial. dalam Suwinarti, W., Kusuma, I.W., Erwin dan Ismail, (eds). Seminar Nasional “Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia XVI” (p 21 – 35). Balikpapan. Universitas Mulawarman.

Pratama, H. W., Baskara, M., dan Guritno, B. (2014). Pengaruh ukuran biji dan kedalaman tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt). Jurnal Produksi Tanaman, 2(7), 576 - 582

Saepuloh, A. (2013). Pengaruh Bahan Stek dan Hormon IBA (Indole butiric Acid) Terhadap Keberhasilan Stek Jabon Merah (Anthocephalus macrophyla). Skripsi tidak diterbitkan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. [Indonesia]

Sari, A. S., Fatonah, S. dan Iriana, D. (2015). Respons anakan tumbuhan nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) pada berbagai periode penggenangan. JOM FMIPA, 2(1), 50 - 56.

Setiawan, H. (2013). Status ekologi hutan mangrove pada berbagai tingkat ketebalan. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, 2(2), 104 - 120.

Sirait, J., Purwantasari, N. D., dan Simanihuruk, K. (2005). Produksi dan serapan nitrogen rumput pada naungan dan pemupukan yang berbeda. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner, 10(3), 175 - 181.

Sofyan, A., dan Islam, S. (2007). Pengaruh umur semai terhadap pertumbuhan bibit suren di persemaian. dalam Mindawati, N., Effendi, R., Anggraeni, I. dan Herawati, T. Seminar Eskpose Hasil Penelitian “Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan” (p. 195 – 199). Padang. Balai Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman Palembang.

Suhariyono, G. dan Y. Menry. (2005). Analisis karakteristik unsur-unsur dalam tanah di berbagai lokasi dengan menggunakan xrf. dalam Basuki, T., Abraha, K., Arryanto, Y., dan Jauhari, S.S. (2005). Seminar Nasional “Pertemuan dan Presentasi Ilmiah – Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Nuklir” (p. 195 – 199). Yogyakarta. Puslitbang Teknologi Maju Badan Tenaga Atom Nasional..

Suryawan, A. (2014). Pengaruh media dan penanganan benih terhadap pertumbuhan semai nyamplung (Calopyllum inophylum). Jurnal Wasian, 1(2), 57 - 63.

Suryawan, A., Asmadi, N., dan Mamonto, R. (2014). Ujicoba pengecambahan vegetasi pantai (Terminallia cattapa, Calopyllum inophylum L, dan Baringtonia asiatica) di persemaian permanen Kima Atas. Jurnal Wasian, 1(1), 9 - 13.

Wahyuni, R., Handoko, C., dan Agustarini, R. (2012). Preliminary study on the flowering and fruiting behaviors of nyamplung (Calophyllum inophyllum Linn.). Journal of Forestry Research, 9(1), 1-10.




DOI: https://doi.org/10.20886/jwas.v4i1.1493