Analysis of Tenurial Conflict of the Bunaken National Park (A Case Study of Mantehage Island)

Ronald Junedie Aneng, Roland A Barkey, Muslim Salam

Abstract


Bunaken National Park was designation based on the Decree of the Minister of Forestry Number: SK. 734 / Menhut-II / 2014. Boundary demarcation process of Bunaken National Park in Mantehage Island was rejected by the community due to land claims in the form of gardens and settlements. This study puposes to answer how the state of land cover and use of the Mantehage Island and how the tenurial conflicts. The analysis used is spatial analysis and Rapid Land Tenure Assessment (RaTA). The results indicate that land cover and use consisted of primary mangrove forests, dry land agriculture, mixed gardens, scrub, settlements and roads. Conflict occurred between the community and the Forest Area Boundary Committee for North Minahasa Regency because the community did not understand the boundary demarcation activitiess and regulations that could provide a solution to their land conflict problems. Conflict resolution mechanisms that can be taken is the settlement of third-party rights in boundary demarcation process, review of spatial planning and conservation partnerships.

Keywords: tenurial conflict, boundary demarcation, Bunaken National Park, conservation partnerships

 


References


Ambarwati, M. E., Sasongko, G., & M.A Therik, W. (2018). Dinamika konflik tenurial pada kawasan hutan negara (kasus di Bkph Tanggung Kph Semarang). Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, 6(2), 112–120. https://Doi.Org/10.22500/Sodality.V6i2.23228

Ardi. (2011). Pengembangan Institusi Pengelolaan Hutan Tanaman Rakyat Pola Agroforestri (Studi Kasus Lamban Sigatal, Kabupaten Sarolangun Jambi). Tesis Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Azzahra, F. (2019). Status hak atas tanah penduduk desa dalam kawasan hutan perum perhutani. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 4(1), 48–60.

Darmawan, K., Hani’ah, H., & Suprayogi, A. (2017). Analisis Tingkat Kerawanan Banjir Di Kabupaten Sampang Menggunakan Metode Overlay Dengan Scoring Berbasis Sistem Informasi Geografis. Jurnal Geodesi Undip, 6(1), 31–40. Retrieved From Https://Ejournal3.Undip.Ac.Id/Index.Php/Geodesi/Article/View/15024

Effendi, R., Asy’ari, M., & Syam’ani. (2020). Pengukuhan kawasan hutan lindung gunung bukit panti kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Sylva Scienteae, 3(4), 720–729.

Firnanda, E., Harianto, S. P., Winarno, G. D., Wulandari, C., Dewi, B. S., & Fitriana, Y. R. (2020). Persepsi masyarakat daerah penyangga terhadap fungsi ekologi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Jurnal Hutan Tropis, 9(3), 1–10.

Galudra, G., Sirait, M., Pasya, G., Fay, C., Suyanto, Meine, Van N., & Ujjwal, P. (2013). Rata Manual Penilaian Cepat Konflik Pertanahan. Sleman Yogyakarta: Stpn Press.

Gamin. (2014). Resolusi Konflik Dalam Pengelolaan Hutan Untuk Mendukung Implementasi Redd+. Institut Pertanian Bogor.

Hakim, N., Murtilaksono, K., & Rusdiana, O. (2016). Konflik penggunaan lahan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak kabupaten Lebak. Jurnal Sosiologi Pedesaan, 4(2), 128–138.

Harun, M. K., & Dwiprabowo, H. (2014). Model resolusi konflik lahan di kesatuan pemangkuan hutan produksi model Banjar. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 11(4), 29108.

Irawan, A., Mairi, K., & Ekawati, S. (2016). Analisis konflik tenurial di Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Poigar. Jurnal Wasian, 3(2), 79–90.

Irwandi, I., & Chotim, E. R. (2017). Analisis konflik antara masyarakat, pemerintah dan swasta. Jispo Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 7(2), 24–42.

Kriswoyo, K., Pello, J., & Kaho, L. M. R. (2019). Peranan tiga pilar dalam penyelesaian konflik tenurial di Taman Wisata Alam Ruteng, Flores, Nusa Tenggara Timur. Bumi Lestari Journal Of Environment, 19(1), 36. https://Doi.Org/10.24843/Blje.2019.V19.I01.P05

Larasati, Z. R. (2017). Pemetaan Daerah Resiko Banjir Lahar Berbasis Sistem Informasi Geografis Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang). Skripsi tidak diterbitkan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Marina, I., & Dharmawan, A. H. (2011). Analisis konflik sumberdaya hutan di kawasan konservasi. Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, 5(1), 90–96.

Nilasari, A., Murtilaksono, K., & Soetarto, E. (2017). Tipologi konflik kawasan hutan pada proses penataan batas di wilayah Pulau Bangka. Jurnal Sosiologi Pedesaan, 5(3), 176–183.

Nurcahyo, H. (2016). Okupansi tanah dalam kawasan hutan yang dikelola perum perhutani divre Jawa Timur. Jurnal Cakrawala Hukum, 7(2), 183–194.

Prayitno, D. E. (2020). Kemitraan konservasi sebagai upaya penyelesaian konflik tenurial dalam pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, 6(2), 184–209.

Safitri, M. A., Muhshi, M. A., Muhajir, M., Shohibuddin, M., Arizona, Y., Sirait, M., … Santoso, H. (2011). Menuju Kepastian Dan Keadilan Tenurial. Jakarta: Epistema Institute.

Sahnan, S., Fathoni, M. Y., Salat, M., & Husni, A. (2016). Sengketa pemanfaatan tanah kawasan hutan antara warga masyarakat dengan Dinas Kehutanan. Jurnal Ius: Kajian Hukum Dan Keadilan, 4(3), 560–573.

Senoaji, G., Anwar, G., Hidayat, M. F., & Iskandar, I. (2020). Tipologi dan resolusi konflik tenurial dalam kawasan hutan konservasi taman wisata alam pantai panjang-pulau Balai di Kota Bengkulu. Jurnal Ilmu Lingkungan, 18(2), 323–332.

Setiawan, E. N., Maryudi, A., & Lele, G. (2017). Konflik tata ruang kehutanan dengan tata ruang wilayah (studi kasus penggunaan kawasan hutan tidak prosedural untuk perkebunan sawit Provinsi Kalimantan Tengah). Bhumi: Jurnal Agraria dan Pertanahan, 3(1), 51–66.

Sinabutar, P., Nugroho, B., Kartodihardjo, H., & Darusman, D. (2015). Kepastian hukum dan pengakuan para pihak hasil pengukuhan kawasan hutan negara di Provinsi Riau. Analisis Kebijakan Kehutanan, 12(1), 27–40. https://Doi.Org/Http://Dx.Doi.Org/10.20886/Jakk.2015.12.1.27-40

Susilowati. (2015). Konflik tenurial dan sengketa tanah kawasan hutan yang dikelola oleh perum perhutani. Jurnal Repertorium, 3, 143–151.

Suwarno, E., & Situmorang, A. W. (2017). Identifikasi hambatan pengukuhan kawasan hutan di Provinsi Riau. Jurnal Analisis Kebijakan, 14(1), 17–30.

Syahadat, E., & Subarudi, S. (2012). Permasalahan penataan ruang kawasan hutan dalam rangka revisi rencana tata ruang wilayah Provinsi. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 9, 131–143. https://Doi.Org/10.20886/Jakk.2012.9.2.131-143

Sylviani, S., & Hakim, I. (2014). Analisis tenurial dalam pengembangan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH): Studi Kasus Kph Gedong Wani, Provinsi Lampung. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 11(4), 309–322. https://Doi.Org/10.20886/Jsek.2014.11.4.309-322

Zakie, M. (2017). Konflik agraria yang tak pernah reda. Legality: Jurnal Ilmiah Hukum, 24(1), 40–55.




DOI: https://doi.org/10.20886/jwas.v8i1.6175