Pemanfaatan Potensi Jasa Lingkungan Melalui Pembangunan Wisata Alam di Kabupaten Tana Toraja

M. Kudeng Sallata

Abstract


Kabupaten Tana Toraja memiliki objek wisata budaya yang populer setelah Provinsi Bali, menarik untuk dikunjungi karena masih konsisten melakukan adat istiadatnya yang unik dan memiliki daya tarik tersendiri bagi pengunjungnya. Namun selama ini, pemerintah setempat masih kurang menyiapkan objek wisata alam melalui pemanfaatan potensi jasa lingkungan yang dimiliki. Membangun objek wisata alam merupakan tindakan mendukung keberlangsungan kunjungan wisata tetap tinggi karena adanya peningkatan variasi objek wisata terutama terhadap pengunjung yang telah merasa jemu atau kurang berminat terhadap objek wisata budaya yang ada. Pemanfaatan bentang alam (landscape) yang ada atau  jenis tanaman yang berhubungan dengan budaya untuk membangun objek wisata alam, berpeluang berhasil karena masyarakat telah mengenalnya dengan baik, hanya menunggu fasilitator dan pendampingan dari pemerintah. Pembangunan objek wisata alam berupa hutan wisata, agrowisata, hutan kota, taman wisata, taman koleksi jenis tanaman obat, bambu setum, selain menjadi objek wisata juga merupakan upaya melestarikan lingkungan hidup di wilayah hulu DAS Saddang.

Keywords


Jasa lingkungan; objek wisata; kelestarian DAS Saddang

Full Text:

PDF

References


BPS Kabupaten Tana Toraja. 2011. Data Geografi Kabupaten Tana Toraja. Makale.

BPS Kabupaten Tana Toraja, 2013. Data Kependudukan Kabupaten Tana Toraja. Makale.

Balai Pengelolaan DAS Saddang, 2009. Rencana Tata Kerja-Rehabilitasi Hutan dan Lahan DAS Saddang, Buku (II). Makale.

Heyne,K.1987. Tumbuhan Berbunga Indonesia, Badan Litbang Kehutanan. Bogor.

Karsudi, R. Soekmadi, dan H. Kartodihardjo. 2010. Strategi Pengembangan Ekowisata di Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua. JMHT Vol. XVI, (3): 148-154, Desember 2010.

Lempang, M.2007. Ragam Kegunaan Fisik dan Produksi Aren. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian Litbang Kehutanan untuk Mendukung Pembangunan Kehutanan Regional. 12-13 November 2007. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Hutan Bogor.

Lindberg K. 1991. Policies for Maximizing Nature Tourism Ecological and Economic Benefit. Washington DC: World Resource Institute.

Leimona. 2010. Konsep Jasa Lingkungan Dan Pembayaran Jasa Lingkungan Di Indonesia. World Agroforestry Centre - ICRAF SEA). Program Rupes. World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia Regional Office Jl. CIFOR Situ Gede, Sindang Barang, Bogor.

Leimona B, Amanah S, Pasha R, Wijaya CI. 2013. Gender dalam skema Imbal Jasa Lingkungan. Studi kasus di Singkarak, Sumberjaya, dan Sesaot. Bogor, Indonesia: World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Program. 86p.

McConnell, W.J; S. P. Sweeney, B. Mulley. 2004. Physical and social access to land: spatiotemporal patterns of agricultural expansion in Madagascar. Agriculture, Ecosystems and Environment No.101, pp 171184.

Millenium Ecosystem Assesment. 2005. Ecosystem and Human Wellbeing: Synthesis, Island Press, Washington DC, USA.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor.22/Menhut-II/2012. Pedoman Kegiatan Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam Pada Hutan Lindung. Jakarta.

Pramono.A.A.2009. Jasa Lingkungan Hutan Bagi Masyarakat Lokal Di DAS Ciliwung Hulu. JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 6 No. 1 Maret 2009, Hal. 39-51. Bogor.

Pratiwi dan Alrasjid, 2000. Teknik Budidaya Aren (Arenga Pinnata (Wurmb) Merr.). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi, Bogor. Info Hutan No.131/2000.

Pratiwi S. 2008. Model pengembangan institusi ekowisata untuk penyelesaian konflik di Taman Nasional Gunung Halimun Salak [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Salma.I.A dan I.Susilowati. 2004. Analisis Permintaan Objek Wisata Alam Curug Sewu, Kabupaten Kendal Dengan Pendekatan Travel Cost. Dinamika Pembangunan Vol.1 No.2/Desember 2004: 153-165.

Sunanto, H.1993. Aren Budidaya Dan Multigunanya. Kanisius. Jogyakarta.

Suyanto.S dan N.Khususiyah.2006. Imbalan Jasa Lingkungan Untuk Pengentasan Kemiskinan. Junal Agro Ekonomi Vol. 24. No. 1, Mei 2006:95-113.

Steenis.C.G.G.J Van. 1992. Flora untuk sekolah di Indonesia. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Soeseno,S. 1992. Bertanam Aren. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tomich. P.T; D.E.Thomas; M.van Noordwijk.2004. Environmental Services and Land Use Change in Southeast Asia: From Recognition to Regulation or Rewar?. Ecosystems and Environment 104 (2004) 229-244.

Van Noordwjik, M; F.Agus; D. Suprayogo; K.Hairiah, G.Pasya, B.Verbist dan Farida. 2004. Peranan Agroforestri dalam Mepertahankan Fungsi Hidrologi Daerah Aliran Sungai (DAS). Agrivita 26 (01):1-8.

Wakeel, A; K.S. Rao; R.K. Maikhuri and K.G. Saxena. 2005. Forest management and land use/cover changes in a typical micro watershed in the mid elevation zone of Central Himalaya, India. Forest Ecology and Management. No.213, pp 229242.




DOI: https://doi.org/10.20886/buleboni.5071

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2018 Buletin Eboni

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Indexed by: