Perkembangan Bintil Akar pada Semai Sengon Laut (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen)

Ramdana Sari, Retno Prayudyaningsih

Abstract


Pembentukan bintil akar pada legum terjadi melalui kontak molekular antara rhizobia (mikrosimbion) dengan legum (makrosimbion), seperti pada jenis sengon laut (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen). Kontak terjadi ketika akar mensekresikan berbagai macam senyawa (eksudat akar) yang dikenali oleh bakteri sehingga mampu menginfeksi akar. Jumlah dan macam eksudat akar yang dihasilkan tanaman dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik lingkungan, serta jenis dan umur tanaman. Faktor-faktor tersebut tentu saja juga berpengaruh terhadap pembentukan dan perkembangan bintil akar. Informasi pembentukan dan perkembangan bintil akar pada berbagai umur tanaman masih sangat terbatas. Tulisan ini bertujuan menjelaskan perkembangan bintil akar sengon laut pada umur semai yang berbeda. Pengamatan dilakukan setiap minggu setelah benih berkecambah untuk melihat pembentukan awal dan perkembangan bintil akar. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sengon laut memiliki tipe bintil akar indeterminate. Awal terbentuknya bintil akar terjadi ketika semai berumur 2 minggu. Jumlah bintil akar relatif meningkat seiring bertambahnya umur semai. Rerata jumlah bintil akar semai adalah 0,33; 1,00; 3,33; 3,33; 2,67; 3,33; 5,00; 4,67; 2,33; 4,67 dan 6,33 (umur semai 2-12 minggu). Informasi awal terbentuknya bintil akar dapat menjadi dasar waktu yang tepat untuk penyapihan dan pemberian inokulum rhizobia pada sengon laut, yaitu pada minggu ke 2-3 setelah berkecambah.


Keywords


Sengon laut (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen); eksudat akar; bintil akar; rhizobia

Full Text:

PDF

References


Badri, D. V. and Vivanco, J. M. 2009. Regulation and function of root exudates. Plant, Cell and Environment, 33 (6): 666-681.

Ferguson, B. J., A. Indrasumunar, S. Hayashi, M. Lin, Y. Lin, D. E. Reid and P. M. Gresshoff. 2012. Molecular analysis of legume nodule development and autoregulation. Journal of Integrative Plant Biology, 52 (1): 61-76.

Gothwal, R. K., V. K. Nigam, M. K. Mohan, D. Sasmal and P. Ghosh. 2008. Screening of nitrogen fixers from rhizospheric bacterial isolates associated with important desert plants. Applied Ecology and Environmental Research, 6 (2): 101-109.

Hidayatullah, F., Y. S. Rahayu dan L. Lisdiana. 2017. Produksi hormon IAA oleh bakteri endofit dari akar tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas) dalam media limbah cair tahu. LenteraBio, 6 (3): 80-85.

Howieson, J. G. and M. J. Dilworth. 2016. Working with Rhizobia. Canberra: Australian Centre for International Agricultural Research.

Larosa, S. F., E. Kusdiyantini, B. Raharjo dan A. Sarjiya. 2013. Kemampuan isolate bakteri penghasil Indole Acetic Acid (IAA) dari tanah gambut Sampit Kalimantan Tengah. Jurnal Biologi, 2 (3): 41-54.

Mudiana, D. 2007. Perkecambahan Syzigium cumini (L.) Skeels. Biodiversitas, 8 (1): 39-42.

Nap, J. P. and T. Bisseling. 1990. Developmental biology of a plant-prokaryote symbiosis: the legume root nodule. Science, 250 (4983): 948-954.

Nugroho, D. N. 2018. Pengaruh pemberian cendawan mikoriza arbuskular dan dosis kompos gulma siam terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. [Tesis]. Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

Puppo, A., K. Groten, F. Bastian, R. Carzaniga, M. Soussi, M. M. Lucas, M. R. de Felipe, J. Harrison, H. Vanacker and C. H. Foyer. 2005. Legume nodule senescence: roles for redox and hormone signaling in the orchestration of the natural aging process. New Phytologist, 165 (3): 683-701.

Purwaningsih, O., D. Indradewa, S. Kabirun dan D. Siddiq. 2012. Tanggapan tanaman kedelai terhadap inokulasi Rhizobium. Agrotop, 2 (1): 5-32.

Oldroyd, G. E. D. and J. A. Downie. 2008. Coordinating nodule morphogenesis with Rhizobial infection in legumes. Annual Review of Plant Biology, 59 (1): 519 – 546.

Rao, N. S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Jakarta: UI Press.

Schubert, K. R. 1986. Products of biological nitrogen fixation in higher plants: synthesis, transport and metabolism. Annual Review of Plant Physiology, 37 (1): 539-574.

Subantoro, R. dan R. Prabowo. 2012. Potensi urin sapi dan rock phosphate terhadap produksi benih tanaman Alfalfa (Medicago sativa L.). Mediagro, 8 (2): 52-64.

Tjitrosoepomo, G. 1999. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Widyati, E. 2017. Memahami komunikasi tumbuhan-tanah dalam areal rhizosfir untuk optimasi pengelolaan lahan. Jurnal Sumberdaya Lahan, 11 (1): 33-42.




DOI: https://doi.org/10.20886/buleboni.5163

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2019 Buletin Eboni

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Indexed by: