Email this article 
Agroecological Characteristic and Potency of Arrowroot on Several Elevation in Garut District, West Java
Abstract
ABSTRACT
Arrowroot (Maranta arundinacea L.) is a multipurpose plant that can grow under the stands so that the species has the potential to develop in the pattern of agroforestry. Initial information of arrowroot plant population as a source of germplasm for plant material/superior varieties and their agroecological characteristics in the field is indispensable. The study aims to determine the distribution, agroecological characteristics and potency of arrowroot in Garut regency. The methods include: (1) the study of literature and direct communication with stakeholders and the public, (2) field survey to collect data on distribution, cultivation status, abundance and productivity of arrowroot plant using a single plot, and (3) data collection of arrowroot agroecological characteristics include: vegetation analysis and geoklimat factors. The research results indicate that the arrowroot populations distribute in groups with a fairly broad ecological range i.e. altitude 6-1351 masl, temperature 20-36oC, relative humidity RH 40-72%, light intensity 12-56% dan pH 4.16-7,40 (acid to neutral) and in the low to high soil fertility condition. Falcataria moluccana as the major private forest species dominates in all zones of altitude, especially on the stage of the tree. Arrowroot abundance by elevation zones is 63,750 plants/ha (lowlands), 43,864 plants/ha (plains) and 73.333 plants/ha (plateau). The potential production for all elevations ranged from 15.40 to 163.2 g/plants. Cikajang and Cilawu populations have good potential to produce the high yield of tuber for arrowroot cultivation in Garut District.
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Anonim. 2013. Petunjuk praktikum fisiologi tanaman. Laboratorium Ilmu Tanaman Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.
Christanty, L., Abdoellah, O. S., Marten, G. G. and Iskandar, J. 1986. Traditional agroforestry in West Java : The pekarangan (homegarden) and kebun talun (annual perennial rotation) cropping systems. Reprinted from G. G. Martin (1986), Traditional Agriculture in South East Asia : A. Human Ecology Perspective, Westview Press, Colorado.132:158p.
De Foresta, H., Kusworo, A., Michon G. dan Djatmiko, W. A. 2000. Ketika Kebun Berupa Hutan-Agroforest Khas Indonesia-Sebuah Sumbangan Masyarakat. ICRAF, Bogor. 249 pp.
Dewi, M.T. dan Rustanti, N. 2012. Pengaruh Penambahan Telur Terhadap Kandungan Zat Gizi dan Uji Kesukaan Blondies Garut (Maranta arundinacea) sebagai Alternatif Makanan Bagi Sindrom Autisme. Jurnal of Nutrition College, 1 (1) : 160-168.
Djaafar, T.F, Sarjiman dan Pustika, A.B. 2010. Pengembangan Budi Daya Tanaman Garut dan Teknologi Pengolahannya untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Jurnal Litbang Pertanian, 29 (1) : 25-33.
Djukri dan Purwoko, B.S. 2003. Pengaruh Naungan Paranet Terhadap Sifat Toleransi Tanaman Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott). Jurnal Ilmu Pertanian, 10 (2) : 17-25.
Dogra, K. S., Kohli, R. K., Sood, S. K. and Dobhal, P. K. 2009. Impact of Ageratum Conyzoides L. on The Diversity And Composition of Vegetation in The Shivalik Hills of Himachal Pradesh (Northwestern Himalaya). India International Journal of Biodiversity and Conservation, 1(4):135-145.
Fajar, A. 2012. Pengaruh Intensitas Cahaya Rendah Terhadap Pertumbuhan dan Hasil 10 Varietas Tanaman Garut (Marantha arundinacea L.). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian (Agronomi). Universitas Jendral Soedirman (Abstrak). Tidak diterbitkan.
Flach, M and Rumawas, F. 1996. Maranta arundinacea L. PROSEA 9 : Plants Yielding Non-Seed Carbohydrates. Bogor. p.113-116.
Harmayani, E. 2013. Penguatan Kedaulatan Pangan Melalui Pengembangan Prebiotik dari Umbi-Umbian Lokal. Pidato pengukuhan jabatan guru besar pada Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Tidak diterbitkan.
Harmayani, E., Kumalasari, I. D. dan Marsono, Y. 2011. Effect of Arrowroot (Maranta arundinacea L.) Diet on The Selected Bacterial Population and Chemical Properties of Caecal Digesta of Sprague Dawley Rats Int. Res. J. Microbiol, 2 (8) : 278-284.
Hermansyah, Murniyanto, E. dan Badami, K. 2009. Karakteristik agroekologi garut (Marantha arundinacea L) Pulau Madura. Jurnal Agrovigor, 2 (2) : 59-66.
Hilwan, I, Mulyana, D. dan Pananjung, W.G. 2013. Keanekaraaman Jenis Tumbuhan Bawah Pada Tegakan Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum Griseb.) dan Trembesi (Samanea saman Merr.) di Lahan Pasca Tambang Batubara PT Kitadin, Embalut, Kutai Kartanagara, Kalimantan Timur. Jurnal Silvikultur Tropika, 4 (1) : 6-10.
Indriyanto. 2006. Ekologi hutan. Bumi Aksara. Jakarta. 210 Hal.
Krisnawati, H., Varis, E., Kallio, M. dan Kanninen, M. 2011. Paraserienthes falcataria (L.) Nielsen: Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas. CIFOR, Bogor, Indonesia.
Kubitzki, K. 1998. The Families and Genera of Vascular Plants: Flowering Plants. Monocotyledons: Alismatanae And Commelinanae (except gramineae). Springer Science & Business Media. 511p.
Kumalasari, I. D., Harmayani, E., Lestari, L. A., Raharjo, S., Asmara, W., Nishi, K. dan Sugahara, T. 2011. Evaluation of Immunostimulatory Effect of The Arrowroot (Maranta arundinacea. L) in Vitro and In Vivo. Cytotechnology, 64(2): 131–137.
Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. PT. Penerbit IPB. Bogor.
Lestari, G.W., Solichatun dan Sugiyarto. 2008. Pertumbuhan, Kandungan Klorofil dan Laju Respirasi Tanaman Garut (Maranta arundinacea L.) Setelah Pemberian Asam Giberelat (GA3). Bioteknologi, 5 (1): 1-9.
Lewerissa, E. 2013. Inventarisasi Jenis Umbian Di Bawah Tegakan Agroforestri Sebagai Sumber Pangan (Studi Kasus di Desa Kali Upa Kecamatan Tobelo Tengah). Jurnal Agroforestri, 8 (4): 279-285.
Maisyaroh, W. 2010. Struktur Komunitas Tumbuhan Penutup Tanah di Taman Hutan Raya R. Soerjo Cangar, Malang. Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari, 1 (1): 1-9.
Masitoh, S. 2014. Densitas spesies garut (Maranta arundinacea) di Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta. Tidak diterbitkan.
Napitupulu, D. dan Winarto, L. 2010. Pengaruh pemberian pupuk N dan K terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah. Jurnal Hortikultura, 20 (1): 27-35.
NRI. 1987. Root Crops. Arrowroot (Maranta arundinacea L). http://www.cd3wd.com/cd3wd_40/CD3WD/AGRIC/NR03RE/EN/B1373_10.HTM. diakses tanggal 10 Januari, 2015.
Nurhayati, H., Sudiarto, Gusmaini dan Rahardjo, M. 2003. Daya Hasil Umbi-Umbian dan Pati Beberapa Aksesi Garut (Marantha arundinacea L.) Pada Beberapa Tingkat Naungan. Jurnal Ilmiah Pertanian, 9 (2) : 17-25.
Okunade, A. L. 2002. Ageratum conyzoides L. (Asteraceae). Fitoterapia 73 (2002): 1-16.
Paulus, J. M. 2011. Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar Pada Pemupukan Kalium dan Penaungan Alami Pada Sistem Tumpangsari dengan Jagung. Jurnal Agrivigor, 10 (3): 260-271.
Pemda Garut. 2010. Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 4 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Garut 2005-2025. Pemerintah Daerah Kabupaten Garut. Garut.
Pemda Garut. 2012. Sejarah dan Asal Kata Kabupaten Garut. www.garutkab.go.id. Diakses tanggal 20 April 2013. Garut.
Reijntjes, C., Haverkort, B. dan Bayer, W. 2004. Pertanian Masa Depan, Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Rohandi, A., Budiadi, B., Hardiwinoto, S., & Harmayani, E., Sudrajat, D. J. 2017. Variability in morpho-physiology, tuber yield and starch content of several arrowroot populations in Garut District. AGRIVITA Journal of Agricultural Science, 39 (3), 311–323. https://doi.org/10.17503/agrivita.v39i3.1002
Salisbury, F. B., dan Ross, C.W. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3, Terjemahan oleh Diah R, Lukman dan Sumaryono, 1995, Penerbit ITB, Bandung.
Sastra, D.R. 2003. Analisis keragaman genetik Maranta arundinacea L. berdasarkan penanda molekuler RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA). Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, 5 (5) : 209-218.
Soerianegara, I. dan Indrawan, A. 2008. Ekologi hutan indonesia. Bogor. Laboratorium Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Soerjani, M., Kostermans, A. J. G. H. dan Tjitrosoepomo, G. (Eds.). 1987. Weeds of Rice in Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta. p. 106-107 (illust.)
Sudarmonowati, E., Satria, N., Hartati, N.S., Taryana, N. dan Siregar, U.J. 2009. Sengon Mutan Putatif Tahan Tanah Ex-Tambang Emas. Journal of Applied and Industrial Biotechnology in Tropical Region, 2 (2) : 1-5.
Suhartini, T. dan Hadiatmi. 2011. Keragaman Karakter Morfologis Garut (Marantha arundinaceae L.). Buletin Plasma Nutfah, 17 (1): 12-18.
Suksesi, H. 2013. Kajian Rantai Pasokan dan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Produk Umbi-Umbian : Studi Kasus Jawa Barat. www.kemendag.go.id. Diakses tanggal 7 Juli 2014.
Sutoro dan Hadiatmi. 2011. Perbanyakan Bibit Stek Umbi dan Uji Adaptabilitas Plasma Nutfah Garut (Marantha arundinaceae L.). Buletin Plasma Nutfah, 17 (1):1-11.
Sutrisno dan Sulistyaningrum. 2002. Analisis Kelayakan Finansial Agribisnis Garut Sebagai Bahan Baku Alternatif Industri Pangan Tradisional. Jurnal Makanan Tradisional Indonesia, 1 (3) : 1-10.
Thoyyibah, S., Sumadi dan Nuraini, A. 2014. Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Terhadap Pertumbuhan, Komponen Hasil, Hasil dan Kualitas Benih Dua Varietas Kedelai (Glycine max (l.) Merr.) pada Inceptisol Jatinangor. Agric. Sci. J. 1 (4) : 111-121.
Wahyuni, B., Barus, A. dan Syukri. 2013. Respon Pertumbuhan Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.) Terhadap Pemberian Naungan dan Beberapa Teknik Bertanam. Jurnal Online Agroekoteknologi, 1 (4) :1171-1181.
Wicaksono, K.P., Heddy, S., Murniyanto, E & Nakagoshi N. 2010. Altitudinal distribution of edible wild aroids in Java, Indonesia. ASCOT Research International Journal, 3 : 1-12.
DOI: https://doi.org/10.20886/jai.2021.4.1.23-37
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2021 Jurnal Agroforestri Indonesia
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Copyright Jurnal Agroforestri Indonesia
E=ISSN : 2655-9595
Jurnal Agoforestri Indonesia terindeks di :
