FEASIBILITY ANALISYS OF FOOD AS FOREST PRODUCTS

Triyono Puspitojati

Abstract


Food plants have been cultivated in various types of forest estates. However, contribution of forestry to support food security had been less recognized because foods derived from forests were not recorded as forest products. The objective of this literature reviewwasto analyze the feasibility of food obtained from forests as forest products. Sustainable use of forests as a source of food was used as a criteria to determine the feasibility. The results showed that the use of forests as a source of food has been practiced well in five periods of human life interacted with forests. In Period I and II, forests become a major or sole source of food. In Period III, forests become a starting place of the food plant development. In Period IV, food plants are cultivated during forest regeneration. In Period V, food plants in the category of tree, palm, shrub and seasonal plant are cultivated in forest areas of industrial forest estate, rural forest estate, village forest, community forestry and NWFP-forest estate. Based on comprehensive literatures on scientific as well as legal literatures, food derived from forests was proper to be determined as forest products.


Keywords


Forest; food; forest product

Full Text:

PDF

References


Anonim. (2012). Hutan untuk pangan. Majalah Kehutanan Indonesia Edisi IV Tahun 2012.

Anonim. (2009). Pangan dari hutan: Kontribusi sektor kehutanan dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia, 12 Oktober 2009. Diunduh 10 Januari 2013 dari www.dephut.go.id.

Anonim. (2001). Shifting cultivation toward sustainability and resource conservation in Asia. Cavite: International Institute of Reconstruction.

Badan Litbang Pertanian. (2012). Pengembangan kedelai di kawasan hutan jati: paya konkrit mendukung swasembada kedelai 2014. Diunduh 15 Mei 2012 dari www.litbang.go.id.

Belcher, B.M. (2003). Comment: What isn't an NTFP International Forestry Review, 5(2), 161168.

BPPT. (2011). Seratus ribu bibit sagu ex-vitro BPPT ditanam di Riau. Diunduh 12 april 2012 dari www.bppt.go.id.

Departemen Kehutanan. (1986). Sejarah kehutanan Indonesia I: Periode pra sejarah – 1942. Jakarta: Departemen Kehutanan.

Dwiprabowo, H., Effendi, R., Hakim, I., & Bangsawan, I. (2011). Kontribusi kawasan hutan dalam menunjang ketahanan pangan: Studi kasus propinsi Jawa Barat. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 8(1),41-67.

Ediningtyas, D. (2007). Kemandirian masyarakat desa sekitar hutan dalam melakukan usaha agroforestri: Studi kasus usaha agroforestri tanaman kopi di BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani nit III Jawa Barat dan Banten. (Thesis). Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.

FAO. (2010). Global forest resource assessment 2010: Terms and definitions. Working paper 144E. Rome: Forestry Department Food and Agriculture Organization of The United Nations.

Foresta, H. dan G. Michon. (2000). Agroforestry Indonesia: Beda sistem beda pendekatan Dalam Foresta, H.,et al. (Eds). (2000). Ketika kebun berupa hutan: Agroforestri khas Indonesia. Jakarta: SMT Grafika Desa Putera.

Kartasubrata, J. (1991). Kehutanan masyarakat dalam menunjang pengadaan dan penganekaragaman pangan. Dalam: Kartasubrata, J. (Ed). (2003). Social forestry dan agroforestrydi Asia (Buku I). Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Kementerian Pertanian. (2013). Statistik makro sektor pertanian 2013. Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Sekretariat Jenderal-Kementerian Pertanian. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor P.70/ Menhut-II/1995 tentang Pengaturan Tata Ruang Hutan Tanaman Industri.

Murdiyarso, D. (2003). Protokol Kyoto: Implikasi bagi negara berkembang. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Nair, C.S.T. (1993). Status of research on non wood forest products: The Asia Pacific Situation. Forestry Paper Appendix 4.4.3. Rome: FAO.

Nurrochmat, D.R., Hasan, M.F., Suharjito, D., …, & Ryandi, E.D. (2012). Hutan sebagai sumber pangan dan obat bahan alam. Dalam Nurrochmat, D.R & Hasan, M.F. (Eds.). Ekonomi politik kehutanan:Mengurai mitos dan fakta pengelolaan hutan. (Cetakan Kedua, Edisi Revisi). Jakarta: INDEF.

Ozal, D. (2012). Mentan optimis swasembada kedelai 2014 tercapai. Diunduh 31 Januari 2013 dari kompas.com. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.23/MenhutII/2007 tentang Hutan Tanaman Rakyat.

Peraturan Menteri Kehutanan No. P.49/MenhutII/2008 tentang Hutan Desa. Peraturan Menteri Kehutanan No.P.36/MenhutII/2008 tentang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu dalam Hutan Alam (IUPHHBK-HA) atau dalam Hutan Tanaman (IUPHHBK-HT).

Peraturan Menteri Kehutanan No.P.55/MenhutII/2011 tentang Tata Cara Pemanfaatan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan tanaman Rakyat dalam Hutan Tanaman.

Peraturan Menteri Kehutanan No.P.19/MenhutII/2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Kehutanan No.P.62/ Menhut-II/2008 tentang Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri dan Hutan Tanaman Rakyat.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan.

Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan.

Perum Perhutani. (2001). Pedoman penelolaan sumberdaya hutan bersama dengan masyarakat (PHBM). Jakarta: Direksi Perum Perhutani.

Perum Perhutani KPH Bandung Selatan. (2011). Rekapitulasi hasil hutan bukan kayu 2011. (Laporan, Tidak diterbitkan). Bandung: Perum Perhutani KPH Bandung Selatan.

Puspitojati, T. (2011). Persoalan definisi hutan dan hasil hutan bukan kayu (HHBK) dalam hubungannya dengan pengembangan HHBK melalui hutan tanaman.Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 8(3), 210-227.

Puspitojati, T. (2013). Kajian kebijakan pengembangan pangan di areal hutan tanaman dalam rangka mendukung swasembada pangan. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan,10(2), 134-148.

Puspitojati, T. dan Idin Saefudin. (2012). Kajian pengelolaan hutan lindung bersama dengan masyarakat. Makalah disampaikan dalam Seminar Agoforestri III di Yogyakarta Tanggal 29 – 30 Mei 2012.

Puspitojati, T., Mile, Y., Fauziah, E., dan Darusman, D. (2014). Hutan Rakyat: Sumbangsih Masyarakat Pedesaan untuk Hutan Tanaman. Yogyakarta: Penerbit PT Kanisius.

Puspitojati, T., Darusman, D., Tarumengkeng, R., dan Purnama, B. (2012). Preferensi pemangku kepentingan dalam pengelolaan hutan produksi: Studi kasus di KPH Bogor. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 9(2), 96-113.

Rachman, E., Alhamid, H, dan Leppe, D. (2000). Manajemen tradisional dan pemanfaatan jenis-jenis tanaman pangan kehutanan di wilayah Jayapura Irian Jaya. Buletin Penelitian Kehutanan Manokwari, 5(2),1-12.

Rachmawati, E. (2008). Kemitraan antara Perum Perhutani dengan petani vanili dalam upaya meningkatkan pendapatan petani: Studi kasus pengelolaan hutan bersama dengan masyarakat di Desa Padasari, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang. (Thesis). Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.

Rajal, R. 2006. Analitical Review of the Definition of Non Timber Forest Products. Diunduh 10 Oktober 2010 dari www.forestrynepal.org. Simon, H. (2006). Hutan jati dan kemakmuran: Problema dan strategi pemecahannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suhendang, E. (2002). Pengantar ilmu kehutanan. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB.

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

Vantomme, P. 2007. FAOs global programme on the development of non wood forest products (NWFP), with particular emphasis on NWFP from Mediterranean. Diakses 10 Oktober 2010 dari resource.ciheam.org.

Warner, K. (1991). Shiftingcultivators: Local technical knowledge and natural resource management in the humid tropics. Rome: FAO.

Wibawa, G., Hendratno, S., dan van Noordwijk, M. (2005). Permanent smallholder rubber agroforestry system in Sumatera, Indonesia. Dalam Cheryl, et al. (Eds.). (2005). Slash and burn agriculture: The search for alternatives. New York: Colombia University Press.




DOI: https://doi.org/10.20886/jakk.2015.12.3.249-262

Copyright (c) 2015 Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan