Conflict Mapping of Gunung Ciremai National Park in Cisantana Village, Cigugur, Kuningan, West Java

Maria Palmolina, Eva Fauziyah

Abstract


The purpose of this study is to conflict mapping, explain conflict style of stakeholder  and choices of conflict resolution. This study was conducted in February 2017 in Cisantana Village, Kuningan Regency. Data were collected through participatory rural appraisal; interviews, field observation, documentation and focus group discussions.  The study method was used Rapid Land Tenure Assessment (RaTA) and Dispute Style Analysis (AGATA). The results showed that the dominant conflict in TNGC was the change of forest status which affected the economic activities of the community around TNGC, that involved eight dominant actor. In a conflict, the stakeholder has a different style of dispute. The stakeholders was facilitated and mediated to propose a permit to manage Patulungan (parking management), and a permit to manage Ipukan (tourism guide). In this case, the role of outsiders who do not have a conflict relationship is needed in order to realize conflict resolution.

Keywords: conflict style,community, mapping, stakeholder, Ciremai Mountain


References


Adiwibowo, S., Pandjaitan, N.. Zainuddin, S., & Soetarto, E., (2012) Kontestasi dan konflik memperebutkan emas di Poboya. Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, 6(2), 145–159.

Alviya, I. (2006). Penetapan hutan lindung Gunung Ciremai menjadi taman nasional dan dampaknya bagi masyarakat sekitar kawasan. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 3(2), 87–94.

Astri, H. (2012). Penyelesaian konflik sosial melalui penguatan kearifan lokal. Jurnal Aspirasi, 2(2), 151–162.

Awang, S. A. (2007). Politik Kehutanan Masyarakat. Yogyakarta: Center for Critical Social Studies (CCSC).

Bonsu, N. O., Dhubháin, Á. N., & O’Connor, D. (2019). Understanding forest resource conflicts in Ireland: A case study approach. Land Use Policy, 80, 287–297.

Endah Ambarwati, M., Sasongko, G., & M.A Therik, W. (2018). Model dinamika konflik tenurial pada kawasan huta (Case in BKPH Tanggung KPH Semarang). Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, 6(2), 112-120

Gamin, G., Kartodihardjo, H., Kolopaking, L. M., & Boer, R. (2014). Menyelesaikan konflik penguasaan kawasan hutan melalui pendekatan gaya sengketa para pihak di Kesatuan Pengelolaan Hutan Lakitan. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 11(1), 71–90.

Gamin. (2017). Bahan Ajar Pemetaan Konflik Tenurial: Rapid Land Tenure Assesment (RaTA). Kadipaten: Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Gunawan, H., & Subiandono, E. (2013). Kondisi biofisik dan sosial ekonomi dalam konteks restorasi ekosistem Taman Nasional Gunung Ciremai, Jawa Barat. Jurnal Rehabilitasi Hutan, 1(1),17–37.

Hakim, L., Aldianoveri, I., Bangsa, I. K., & Guntoro, D. A. (2018). Peran dan dampak konflik tenurial bagi pemgelolaan keanekaragaman hayati di kawasan Cagar Biosfer di Jawa Timur. Jurnal Hutan Tropis, 6(1), 43–51.

Hakim, N., Murtilaksono, K., & Rusdiana, O. (2016). Konflik penggunaan lahan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak Kabupaten Lebak. Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, 4(2), 128–138.

Harun, M. K., & Dwiprabowo, H. (2014). Model resolusi konflik di Kesatuan Pemangkuan Hutan Produksi Model Banjar. Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan, 11(4), 265–280.

Hogl, K., Kleinschmit, D., & Rayner, J. (2016). Achieving policy integration across fragmanted policy domains. Forest Agricultur Climate dan Energy, 34, 299–414.

Jaya, I., & Hatma, P. (2011). Resolusi konflik dalam kerja pengembangan masyarakat. Jurnal Dakwah UIN Sunan Kalijaga, 12(1), 1–16.

Kadir, A., Nurhaedah, M., & Purwanti, R. (2013). Konflik pada kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Provinsi Sulawesi Selatan dan upaya penyelesaiannya. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 10(3), 186–198.

Kausar. (2010). Konflik kepentingan dibalik konservasi di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Provinsi Jambi. Indonesian Journal of Agricultural Economics ( IJAE ), 2(1), 132–149.

Lu, W., & Wang, J. (2017). The influence of conflict management styles on relationship quality: The moderating effect of the level of task conflict. International Journal of Project Management, 35, 1483–1494.

Marina, I., & Dharmawan, H. (2011). Analisis konflik sumberdaya hutan di kawasan konservasi. Sodality: Jurnal Transdisiplin, Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia, 05(01), 90–96.

Maryudi, A., Citraningtyas, E. R., Purwanto, R. H., Sadono, R., Suryanto, P., Riyanto, S., & Siswoko, B. D. (2016). The emerging power of peasant farmers in the tenurial conflicts over the uses of state forestland in Central Java, Indonesia. Forest Policy and Economics, 67, 70–75.

Muspawi, M. (2014). Manajemen konflik (upaya penyelesaian konflik dalam organisasi). Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora, 16(2), 41–46.

Negara, Y. C., Tippe, S., & Wahyudi, B. (2019). Resolusi konflik lahan di Kecamatan Buluspesantren Kabupaten Kebumen. Jurnal Damai dan Resolusi Konflik, 5(1), 59–86.

Nurrani, L., & Tabba, S. (2013). Persepsi dan tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya alam Taman Nasional Aketajawe Lolobata di Provinsi Maluku Utara. Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan, 10(1), 61–73.

Pasya, G., & Sirait, M. T. (2011). Analisa Gaya Bersengketa (AGATA): Panduan Ringkas untuk Membantu Memilih bentuk Penyelesaian Sengketa Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bogor: The Samdhana Institute.

Purwawangsa, H. (2017). Instrumen kebijakan untuk mengatasi konflik di kawasan hutan konservasi. Jurnal Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan, 4(1), 28–47.

Riggs, R. A., Sayer, J., Margules, C., Boedhihartono, A. K., Langston, J. D., & Sutanto, H. (2016). Forest tenure and conflict in Indonesia: Contested rights in Rempek Village, Lombok. Land Use Policy, 57, 241–249.

Sahide, M. A. K., Maryudi, A., Supratman, S., & Giessen, L. (2016). Is Indonesia utilising its international partners? The driving forces behind forest management units. Forest Policy and Economics, 69, 9–20.

Satriani, S., Golar, G., & Ihsan, M. (2013). Persepsi dan sikap masyarakat terhadap penerapan program pemberdayaan di sekitar Sub Daerah Aliran Sungai Miu (kasus Program SCBFWM di Desa Simoro Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi). Jurnal Warta Rimba, 1(1), 1–10.

Sriyanto, A. (2007). Penyelesaian konflik berbasis budaya lokal. Ibda: Jurnal Studi Islam dan Budaya, 5(2), 286–301.

Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Yasmi, Y., Guernier, J., and C.J.P. (2009). Positive and negatif aspects of forestry conflict: Lessons from a decentralized forest management in Indonesia. International Forestry Review, 11(1), 98-110

Zainuddin, D. (2016). Analisis penanganan konflik antar organisasi kemasyarakatan di Sumatera Utara (Medan) dan Jawa Tengah (Surakarta). Jurnal Hak Asasi Manusia, 7(1), 11–20.




DOI: https://doi.org/10.20886/jwas.v7i2.5393