PATTERN OF WORKING MECHANISM ARRANGEMENT ON COMMUNITY FOREST DEVELOPMENT.

Epi Syahadat, Elvida Yosefi Suryandari

Abstract


Community empowerment is one of important element in sustainable forest management. One of causes of degraded forest resources in Indonesia is unplanned empowerment program by the Government. One of local community empowerment program is the community based forest (CBF) that are supported by the Forestry Minister Decree No. P.37/2007 jo P.18 /2009 jo P.13/2010 jo P.52/2011 jo P.88/2014. This regulation could be used as an operational implementation of CBF. The aim of this study are to (a) identify all para pihaks involved in CBF, (b) review roles, functions and contribution from each para pihak in CBF development. The objectives of this study are (a) available information on CBF para pihaks; (b) available information on roles, functions and contribution from each para pihak. The study results showed that: a) the organizational structure implementation CBF central agencies have a role in preparing work plans and monitoring of environmental impacts, and district government responsible for the implementation of CBF activities; b) the role of government is very strongly associated with the provision of recommendations forest areas clean and clear which will be the area of conditional land development, and assistance with community.


Keywords


Community based forest development; para pihaks; working mechanism arrangement; sustainable forest.

Full Text:

PDF

References


Anonim. (2009). Penyerahan SK areal kerja hutan kemasyarakatan. Majalah Kehutanan Indonesia Edisi VIII.

Ditjen Perencanaan Kehutanan. (2011). RKTN 2011-2030. Retrieved April 23, 2014, fromhttp://tataruangpertanahan.com/file_publikasi/178DitRenHut_RKTN_2011.pdf.

Gawi, J. (1999). Konsep pengembangan Hutan Kemasyarakatan. Makalah disajikan dalam Seminar dan Lokakarya Pengembangan SDM Hutan Kemasyarakatan. 7-9 April 1999. Bogor: ICRAF .

Kementerian Kehutanan. (2009). Model Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kehutanan.

Kementerian Kehutanan. (2010). Statistik kehutanan. Jakarta: Kementerian Kehutanan.

Kementerian kehutanan. (2014). Penetapan areal kerja HKm (2010-2014). Jakarta:

Kementerian kehutanan. Kementerian Kehutanan. (2011). Mendorong percepatan program HKm dan hutan desa. Jakarta: Kementerian Kehutanan.

Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2008 tentang Perubahan atas PP Nomor 6 tahun 2007 tentang Tata hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan.

Samsudin. (2011). Interaksi pemerintah-masyarakat dalam pengelolaan hutan kemasyarakatan di Santong dan Aek Berik NTB. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 438/Menhut-II/2007 tentang Penunjukan Definitif Lahan HKm di Provinsi DI Yogyakarta. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 111/Menhut-II/2009 tentang Penunjukan Definitif Lahan HKm di Provinsi Bali.

Soemarmo. (2006). Penerapan HKm. Diunduh 20 Maret 2013 dari www.images.soemarmo. multiply.com.

Sugiono. (2004). Metode penelitian bisnis (Cetakan ketujuh). Bandung: Alfabeta.

Suhaeri. (2008, Desember). Tata hubungan kerja pengelolaan urusan hutan kemasyarakatan dan hutan desa. Makalah disajikan dalam Lokakarya Hkm dan Hutan Desa. Bali: Departemen Kehutanan.

Suhardjito D. (2012, Oktober). Pengembangan HKm, HD dan HR: Belajar dari pengalaman di Jawa. Makalah disajikan dalam Seminar Hasil Penelitian Prospek Pengembangan Hutan Tanaman rakyat, Konservasi dan Rehabilitasi Hutan, 23-24 Oktober 2012. Manado: Balai Penelitian Kehutanan Manado.




DOI: https://doi.org/10.20886/jakk.2016.13.2.127-145

Copyright (c) 2017 Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.