PENGARUH HUTAN DALAM PENGATURAN TATA AIR DAN PROSES SEDIMENTASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) : STUDI KASUS DI DAS CISADANE

Edy Junaidi, Surya Dharma Tarigan

Sari


Peranan hutan dalam mengatur aliran sungai, baik debit aliran maupun debit sedimen, telah lama menjadi perhatian. Para ahli hidrologi berpendapat peranan hutan dalam mengatur aliran sungai dan sedimentasi hanya berlaku pada Daerah Aliran Sungai (DAS) yang mempunyai luasan sempit ( < 100 km2), tidak berlaku untuk DAS-DAS yang mempunyai luasan >100 km2. Guna mengantisipasi kelemahan kelemahan penelitian sebelumnya, penelitian yang mengkaji peranan penutupan lahan hutan terhadap aliran sungai dan proses sedimentasi pada DAS dilaksanakan pada DAS dengan luasan sempit (< 100 km2), sedang (100 km2 - 500 km2) dan luasan lebar (> 500 km2). Penelitian ini memanfaatkan model hidrologi SWAT. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji peranan penggunaan lahan hutan dalam pengaturan tata air dan sedimentasi yang terjadi pada suatu DAS dengan beberapa luasan tanpa mengabaikan peranan penggunaan lahan lain. Pada luasan DAS lebar, keberadaan hutan kurang berperan dalam mengatur tata air dan proses sedimentasi. Keberadaan lahan hutan berperan dalam mengatur tata air dan proses sedimentasi pada luasan sedang dan sempit.


Kata Kunci


Hutan; tata air; proses sedimentasi; luasan DAS; model SWAT

Teks Lengkap:

pdf

Referensi


Andreassian, V. 2004. Waters and fo-rests: from historical controversy to scientific debate. Journal of Hydrology 291, pp. 1–27. [terhubung berkala].http://www.elsevier.com/ locate/jhydrol. Html [29 Mei 2011]. Arsyad. 2006. Konservasi tanah dan air. IPB Press. Bogor.

CIFOR dan FAO. 2005. Hutan dan ban-jir, tenggelam dalam suatu fiksi, atau berkembang dalam fakta? RAB Publication 2005/03. Forest Prespectives 2. CIFOR dan FAO. Bogor dan Bangkok.

Kiersch, B. 2001. Land use impacts on water resources: a literature review. Discussion Paper No.1. Land water linkages in rural watersheds. Elec-tronic Workshop. Food and Agri culture Organization of the United Nations, Rome.

Notohadriprawiro, T. 2006. Pemapanan agroforestry selaku bentuk pemanffaatan lahan menurut kriteria pengawetan tanah dan air. Repro Ilmu Tanah. UGM. Yogyakarta.

Santhi, C., Arnold, J.G., Williams, J.R., Dugas, W.A., Srinivasan, R., Hauck, L.M. 2001. Validation of the SWAT model on a large river basin with point and nonpoint sources, J. Amer. Water Resour. Assoc. (JAWRA), Vol. 37, No.5, pp. 1169-1188. [terhubung berkala].http://www.brc.tamus.edu/ swat/document. Html [29 April 2011].

Swank, W.T., Swift, L.W., Douglass, J.E. 1988. Streamflow changes asso-ciated with forest cutting, species conversions and natural disturbances. In: Swank, W.T., Crossley, D.A. (Eds.), Forest Hydrology and Ecology at Coweeta, Springer, New York. [terhubung berkala].http://www.elsevier.com/locate/jhydrol. Html [29 Mei 2011].

Wibowo, S. 2004. Masalah degradasi lahan dan upaya rehabilitasi hutan dan lahan. Prosiding Seminar Degradasi Lahan dan Hutan. Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia. Universitas Gadjah Ma-da dan Departemen Kehutanan.




DOI: https://doi.org/10.20886/jphka.2011.8.2.155-176

##submission.copyrightStatement##



JURNAL PENELITIAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM INDEXED BY:

More...

Copyright of Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam (JPHKA)

eISSN : 2540-9689, pISSN : 0216-0439 

JPHKA is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.