STATUS EKOLOGIS SILVOFISHERY POLA EMPANG PARIT DI BAGIAN PEMANGKUAN HUTAN CIASEM-PAMANUKAN, KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN PURWAKARTA

Hendra Gunawan, Chairil Anwar Siregar, Reny Sawitri, Endang Karlina

Sari


Silvofishery diterapkan untuk meredam laju konversi illegal hutan mangrove menjadi tambak.  Di satu sisi silvofishery diyakini mampu mengkombinasikan antara kepentingan konservasi mangrove dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.  Di sisi lain dengan perubahan struktur, komposisi, dan luas vegetasi mangrove dikhawatirkan mengganggu fungsi ekologisnya.   Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi dari perubahan ekologis hutan mangrove yang telah dikonversi menjadi tambak dengan  pola  silvofishery (empang  parit)  dan  tanpa  silvofishery (tambak  biasa).    Analisis  laboratorium dilakukan terhadap contoh substrat, air, plankton, dan benthos dari tiga lokasi penelitian (mangrove, empang parit, dan tambak biasa) untuk mengetahui sifat fisik, kimia, dan biologis.  Pengamatan burung dilakukan dengan metode IPA (Indices Ponctuels d’Abundance).   Hasil penelitian ini menemukan bahwa parameter kualitas air di tiga lokasi contoh (mangrove, empang parit, dan tambak biasa) relatif tidak berbeda mencolok, hanya air perairan mangrove lebih keruh.  Substrat mangrove memiliki kandungan N, P, K yang lebih tinggi daripada empang parit ataupun tambak biasa.    Sebaliknya tambak biasa  mengandung bahan pencemar berbahaya merkuri (Hg) 16 kali lebih tinggi dari mangrove dan 14 kali lebih tinggi daripada empang parit. Pembukaan hutan mangrove menjadi empang parit telah mengubah struktur komunitas phytoplankton dan benthos.  Sementara struktur komunitas zooplankton tidak banyak berubah.  Struktur komunitas ikan liar di ketiga lokasi contoh sangat berbeda yang ditunjukkan oleh rendahnya nilai similarity index.  Pada mangrove di empang parit dijumpai 13 jenis burung dengan nilai indeks keanekaragaman jenis Shannon (H’) 2,038, dan indeks keseragaman (e) 0,7944.

Kata Kunci


Mangrove, status ekologi, silvofishery, empang parit

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Anomyouns. 2005. Renstra Pengelolaan Hutan Lindung Mangrove KPH Purwakarta. Laboratorium. Tidak diterbitkan.

Anwar, C. dan E. Subiandono. 1996. Pedoman Teknis Penanaman Mangrove. Info Hutan No. 65. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.

Gunawan, H. 2002. Peranan Hutan Mangrove Sebagai Habitat Satwaliar di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Sulawesi Tenggara. Buletin Penelitian Kehutanan 8(2): 17-35.

Kepala BRLKT Wilayah V. 1999. Silvofishery, Budidaya Tambak Mangrove Terpadu. Majalah Kehutanan Indonesia Edisi 4/XIII/1999-2000: 6-9.

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 195/Kpts-II/2003 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Jawa Barat Seluas ± 816.603 (Delapan Ratus Enam Belas Ribu Enam Ratus Tiga) Hektar. Tanggal 4 Juli 2003.

Magurran, A.E. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Croom Helm. London.

Nirarita, C.E., P. Wibowo dan D. Padmawinata (eds). 1996. Ekosistem Lahan Basah Indonesia. Kerjasama Antara Wetland International non (H’) 2,038 dan indeks keseragaman (e) 0,7944. Indonesia Programme, Ditjen PHPA, Canada Fund, Pusat Pengembangan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam dan British Petrolium. Jakarta.

Nursidah. 1996. Hutan Mangrove Kita. Majalah Kehutanan Indonesia edisi No. 5 Tahun 1996/1997. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Odum, E.P. 1994. Fundamentals of Ecology. Third Edition. T. Samingan (terj.). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air. Tanggal 5 Juni 1990.

Primavera, J.H. 2000. Integrated Mangrove Aquaculture Systems in Asia. Integrated Coastal Zone Management. Autumn ed. Pp.121-130.

Quarto, A. 2005. Sustainable Use of The Mangrove. http://www. Tiempo cyberclimate.org/floor0/recent/issu e32/t32a2.htm. Diakses tanggal 18 Desember 2005, jam 07.00.

Said, A. dan M.A.K. Smith. 1997. Proyek Rehabilitasi dan Pengelolaan Mangrove di Sulawesi : Ekonomi Sumberdaya. Laporan Akhir. Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan dan Asian Development Bank. Jakarta.

Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya.

Van Lavieren, L.P. 1982. Wildlife Management in the Tropics. School of Environmental Conservation Management (ATA 190). Ciawi, Bogor.




DOI: https://doi.org/10.20886/jphka.2007.4.4.429-439

##submission.copyrightStatement##



JURNAL PENELITIAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM INDEXED BY:

More...

Copyright of Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam (JPHKA)

eISSN : 2540-9689, pISSN : 0216-0439 

JPHKA is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.