STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI HUTAN BEKAS TEBANGAN DI RIMBO SEKAMPUNG, SUMATERA SELATAN

Adi Kunarso, Fatahul Azwar

Sari


Hutan Rimbo Sekampung (HRS) merupakan salah satu ekosistem hutan alam lahan kering yang tersisa di Sumatera Selatan. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi tentang struktur dan komposisi tumbuhan penyusun hutan bekas tebangan di HRS. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode jalur berpetak. Sebanyak 40 plot dibuat dalam empat jalur dengan panjang jalur 1.000 m dan jarak antar jalur 20 m. Di dalam jalur-jalur coba dibuat petak contoh berukuran 20 m x 20 m untuk pengamatan tumbuhan tingkat pohon, 10 m x 10 m untuk tingkat tiang, 5 m x 5 m untuk pancang dan 2 m x 2 m untuk anakan pohon dan herba.  Total sebanyak  145  jenis tumbuhan (44  famili)  berhasil diidentifikasi.  Tumbuhan tingkat  pohon didominasi jenis gerunggang (Cratoxyolon arborescens Bl.) (INP=44,16%), tumbuhan tingkat tiang didominasi oleh jenis sungkai (Peronema canescens Jack.) (INP=52,32%) sedangkan tingkat pancang serta anakan pohon dan herba didominasi oleh jenis marak (Macaranga tanarus (L.) Muell.Arg.) (INP=41,03% dan INP=25,49%). Jenis-jenis yang dijumpai dan mempunyai potensi ekonomi cukup tinggi sebagai kayu pertukangan antara lain gerunggang (Cratoxyolon arborescens Bl.), sungkai (Peronema canescens Jack.), laban (Vitex pubescens Vahl.), medang kuning (Litsea firma Hook P.) dan bayur (Pterospermum javanicum Jungh.)


Kata Kunci


Komposisi jenis; struktur tumbuhan; keanekaragaman jenis

Teks Lengkap:

pdf

Referensi


Dransfield, J dan N. Manokaran. (1994). Plant resourses of South-East Asia No 6 Rattans. PROSEA. Bogor.

Gunawan, H., L. B.Prasetyo, A. Mardiastuti, dan A. P. Kartono. (2010). Fragmentasi hutan alam lahan kering di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Volume VII Nomor 1 Tahun 2010. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Badan Litbang Kehutanan. Bogor.

Heriyanto, N.M. (2004). Suksesi hutan bekas tebangan di Kelompok Hutan Sungai Lekawai Sungai Jengonol, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Puslitbang Hutan dan Koservasi Alam. Badan Litbang Kehutanan. Bogor.

Heriyanto, N.M. (2003). Composition and forest stand burns in Berau, East Kalimantan. Bulletin Forest Research 639 : 1-5.

Heyne, K. (1987). Tumbuhan berguna Indonesia III. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta.

Indriyanto. (2006). Ekologi hutan. PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Kartawinata, K. (1994). The use of secondary forest species in rehabilitation of degraded forest lands. Journal of tropical forest science, 7 (1), 76-86.

Kusmana, C. (1997). Metode survey vegetasi. IPB Press. Bogor.

Lubis, Z. (1997). Repong damar : kajian tentang pengambilan keputusan dalam pengelolaan lahan hutan di Pesisir Krui, Lampung Barat. Working Paper No. 20 Desember1997. CIFOR. http://www.cifor.org/publications/pdf_files/WPapers/WP-20.pdf. Diakses pada tanggal 31 Januari 2014.

Martawijaya, A., I. Kartasujana., K. Kadir., dan S. A.Prawira. (2005). Atlas kayu Indonesia jilid I. Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Moeliono, M.( 2008). Hutan adat dan hutan desa: peluang dan kendala bagi masyarakat dalam mengelola hutan. Kajian dan opini. Working Group on Forest Land Tenure. Warta Tenure Nomor 5-April 2008. http://wg-tenure.org/wp-ontent/uploads/2013/05/Warta_Ten ure_05f.pdf. Diakses pada tanggal 31Januari 2014.

Chayamarit, K. (2005). Five new records of Litsea (Lauraceae) for Thailand. THAI FOREST BULLETIN (BOTANY) 33 : 82.

Odum, E. P. (1971). Fundamentals of ecology, 3rd Ed. Saunders, Philadelphia.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2008 Hutan Desa. 5 September 2008 Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 39. Jakarta.

Rachman, O dan Jasni. (2006). Rotan. sumberdaya, sifat dan pengolahannya. Puslitbang Hasil Hutan. Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogor.

Sahwalita dan Imam Muslimin. (2012). Aplikasi pupuk daun pada bibit sungkai (Peronema canescens Jack.) di persemaian. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian "Peluang dan Tantangan Pengembangan Usaha Kayu Rakyat". 23 Oktober 2012. Puslitbang Peningkatan Produktivitas Hutan. Badan Litbang Kehutanan. Bogor.

Sahwalita dan Bambang T. Premono. (2012). Strategi pengembangan jenis sungkai (Peronema canescens Jack.) sebagai usaha kayu rakyat. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian "Peluang dan Tantangan Pengembangan Usaha Kayu Rakyat". 23 Oktober 2012. Puslitbang Peningkatan Produktivitas Hutan. Badan Litbang Kehutanan. Bogor.

Soeranegara. I dan Indrawan. (1998). Ekologi hutan Indonesia. Labortorium Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan.IPB,Bogor.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 Kehutanan. 30 September 1999. Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167. Jakarta.

Wardah. (2005). Keanekaragaman jenis tumbuhan di kawasan Hutan Krui, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung Barat. Jurnal Teknologi Lingkungan Vol 6, No 3 (2005).http://digilib.bppt.go.id/ejurna l/index.php/JTL/article/view/442. Diakses pada tanggal 5 Desember 2013.

Wijiyanto, N., (1993). Potensi pohon kebun campuran damar mata kucing di Desa Pahmongan, Krui, Lampung, Report, Orstrom-Biotrop, Bogor.




DOI: https://doi.org/10.20886/jphka.2015.12.1.1-17

##submission.copyrightStatement##



JURNAL PENELITIAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM INDEXED BY:

More...

Copyright of Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam (JPHKA)

eISSN : 2540-9689, pISSN : 0216-0439 

JPHKA is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.