KARAKTERISTIK HABITAT MIKRO TABAT BARITO (Ficus deltoidea Jack) PADA TUMBUHAN INANGNYA

Anisa Agustina, Ervizal A.M. Zuhud, Latifah K. Darusman

Sari


Tabat barito (Ficus deltoidea Jack.) merupakan tumbuhan yang berpotensi sebagai obat dan memiliki sebaran luas  di Indonesia,  meliputi  Jawa Barat,  Jawa  Tengah,  Sumatera,  Kalimantan  dan  Sulawesi.  Di  Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), tabat barito tumbuh sebagai epifit yang berpotensi sebagai sumber plasma nutfah bagi tujuan pengembangan budidaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang karakteristik habitat mikro tabat barito di Resort Mandalawangi TNGGP. Hasil penelitian  menunjukkan  bahwa sebaran tabat  barito  hingga elevasi 1.800  m dpl.  Penelitian yang dilakukan memperoleh hasil, yaitu 178 individu tabat barito yang berasal dari 100 individu tumbuhan inang. Tabat barito terletak pada kisaran suhu 18,3°C-23,1°C, kelembaban udara relatif 80-84% dan kelerengan 4%-24% dengan arah lereng bervariasi. Tumbuhan inang memiliki karakteristik fisik yang bervariasi dalam hal tinggi pohon, diameter batang maupun luas tajuknya, namun memiliki persamaan dalam hal karakteristik kulit batangnya,  yaitu  memiliki  permukaan  yang  kasar  dengan  kulit batang yang  mengelupas  maupun beralur.  Media  tumbuh  tabat  barito  pada tumbuhan  inang  bervariasi,  mulai  dari  akar  yang  menempel langsung pada kulit batang hingga media tumbuh berupa hasil dekompisisi


Kata Kunci


Ficus deltoidea Jack; epifit; karakteristik habitat mikro

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Adam, Z., Hamid, M., Ismail, A., & Khamis, S. (2009). Effect of Ficus del toidea extracts on hepatic basal and insulin stimulated glucose uptake. Journal of Biological Sciences 9 (8),796-803.

[BBTNGGP] Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (2009). Revisi zonasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Cibodas (ID) : BTNGGP.

Corlett, R.T. (1998). Frugivory and seed dispersal by vertebrates in the Oriental (Indomalaya) region. Biological Reviews 73,413-448.

Darusman, L.K., Iswantini, D., Djauhari, E., & Heryanto, R.“penemu”;Institut Pertanian Bogor. 2003 Juli 30. Ekstrak tabat barito berkhasiat anti tumor: kegunaan sebagai jamu, ekstrak terstandar dan bahan fitofarmaka. Paten Indonesia ID P00200200385.

Draman, S., Aris, M.A.M., Razman, Ak- ter, S.F.U., Azlina, H., Nor, A.R., Muzaffar, Norazlanshah, H., & Azian. (2012). Mas cotek (Ficus deltoidea) : a possible supplement for type II diabetes : (a pilot study). Pertanika Journal Trop Agric Sci 35 (1), 93-102.

Dumont, E.R., & Reilly, O. (2004). Food hardness and feeding behavior in old world fruit bats (Pteropodidae). Journal of Mammalogy 85 (1), 8-14.

Gomez, J.M. (2003). Spatial patterns in long distance dispersal of Quercus ilex acorns by jays in a hetero geneous landscape. Ecography 26, 573-584.

Indriyanto. (2008). Ekologi hutan. Jakarta (ID): PT. Bumi Aksara.

Jacomassa, F.A.F., & Pizo MA. (2010). Birds and bats diverge in the qualitative and quantitative components of seed dispersal of a pioneer tree. Acta Oecologica 36, 493-496.

Jordano, P. (1995). Frugivore mediated selection on fruit and seed size : birds and ST. Lucie’s cherry Prunus mahaleb. Ecology 76,2627-2639.

Kristina, N.N. (2007). Studi keberadaan tanaman tabat barito (Ficus deltoi dea) dan penggunaannya oleh suku dayak Kalimantan. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 13 (1), 29-31.

Kurz, W.G.W., & Constabel, F. (1998). Production of secondary metabolite. Di dalam : Altman A, editor. Agriculture Biotechnology. (Ed). New York: Marcel Dekker Inc.

Kustiawan, W. (2007). Medicinal plants of Kalimantan forest : a review. Natural Life 2 (1), 24-34.

Loiselle, B.A. (1990). Seeds in droppings of tropical fruit-eating birds : importance of considering seed com- position. Oecologica 82, 494-500.

Musa, Y. (2006). Evaluation of growth performance and yield potential of selected emas cotek (Ficus deltoi dea) accessions on bris soils. J Trop Agric and Fd Sc 34 (2), 229-235.

Partasasmita, R. (2009). Komunitas burung pemakan di Panaruban, Subang : ekologi makan dan penyebaran biji tumbuhan semak. (Diser- tasi). Institut Pertanian Bogor.

Santoso, S. (2014). Statistik multivariat edisi revisi : konsep dan aplikasi dengan SPSS. Jakarta (ID) : PT. Elex Media Komputindo.

Shukla, R.S., & Chandel, P.S. (1977). Plant ecology. New Delhi (IN) : S. Chand & Company Ltd.

Suharnanto, H. (1992). Kajian ekologis tabat barito (Ficus deltoidea Jack.) di pusat kajian hutan tropika PT. Siak Raya Timber Riau. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor.

Van Steenis. (2006). Flora pegunungan Jawa. Kartawinata JA, penerjemah; Hamzah A, Toha M; editor. Bogor (ID) : LIPI. Terjemahan dari: The mountain flora of Java.

Van Zuidam, R.A. (1983). Guide to geomorphic aerial photographic interpretation and mapping. Enschede (NL) : ITC.

Wenny, D.G., & Levey, D.J. (1998). Directed seed dispersal by bellbirds in a tropical cloud forest. Proc Natl Acad Sci 95, 6204-6207.

Zuhud, E.A.M. (1994). Ruang lingkup pelestarian Pemanfaatan keanekaragaman tumbuhan obat hutan tropika Indonesia. Di dalam : Zuhud EAM, Haryanto, editor. Pelestarian pemanfaatan keanekaragaman tumbuhan obat hutan tropika Indonesia. Bogor (ID) : IPB &LATIN.




DOI: https://doi.org/10.20886/jphka.2015.12.1.89-104

##submission.copyrightStatement##



JURNAL PENELITIAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM INDEXED BY:

More...

Copyright of Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam (JPHKA)

eISSN : 2540-9689, pISSN : 0216-0439 

JPHKA is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.