PENGENDALIAN HAMA Shorea spp. MENGGUNAKAN INSEKTISIDA BIOLOGI DAN HAYATI

Sri Esti Intari

Sari


Pengendalian hama menggunakan insektisida  hayati  Bacilus  thuringiensis   dan cuka kayu pinus merupakan salah satu cara pengendalian hama yang rarnah lingkungan, karena sifatnya yang mudah terurai.  Insektsidiajenis ini telah banyak dikembangkan di sektor pertaniandan perkebunan, sedangkan di sektor kehutanan belum banyak dilaksanakan.   Untuk mengendalikan harna Shorea spp.  dilakukan percobaan dengan menggunakan insektisida  hayati yang berbahan aktif Bacilus thuringiensis   yang memproduksizat-zat sangat beracun bagi larva serangga, di antara racun ini yang penting adalah delta• endotoksin yang berbentuk kristal dan cuka kayu pinus yang mengandung senyawa kirnia seperti pada umurnnya insektisida pembunuh hama.  Percobaan  pengendaliannya  dilakukan di laboratorium dan lapangan dengan berbagai konsentrasi B. thuringiensis  (1  gr/I, 2 gr/1, 3 gr/I, 4 gr/I, dan 5 gr/I) dan cuka kayu pinus (10 cell, 20 cell, 30 cc/I, 40 cell, dan 50 cc/I), dengan rancanganpercobaan RAL di laboratoriwn dan RCBD di Iapangan. Parameter yang diarnati adalah persentase kesembuhan tanaman dari serangan harna setelah perlakuan insektisida hayati Bacilus thuringiensis dan cuka kayu pinus dalam beberapa dosis.  Harna yang menyerang tanaman Shorea  leprosula  di lapangan  adalah kumbang Exopholis hypoleuca (Coleoptera, Melolonthidae).  Hamayang menyerang anakan S. leprosula dan S. selanica di pesernaian adalah ulat Orgyia sp.  (Lepidoptera, Lyrnantriidae). Pengendalian harna ulat Orgyia sp.  di tingkat laboratorium dengan menggunakancuka kayu pinus dengan takaran 50 cc/1 dan B. thuringiensis dengan takaran 5 gr/I efektif. Pengendalian hama kwnbang E. hypoleuca yang menyerang S. leprosula di lapangan dengan menggunakan cuka kayu pinus dengan takaran 40 cc-50 cc/I efektif. Pengendalian harna ulat  Orgyia sp.  di pesernaian dengan menggunakan B. Thuringiensis   dengan takaran 4-5 gr/I efektif.


Kata Kunci


Pengendalian hama; Shorea spp.; Bacilus thuringiensis; cuka kayu pinus

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Intari, S.E. 1993. Pengendalian Hama Biji Meranti dengan Insektisida Sistemik. Bul. Pen. Hut. No. 556.

Kalshoven, L.G.E. 1981. Pests of Crops in Indonesia. P.T. Ichtiar Baru-VanHoeve Jakarta, Indonesia.

Lembaga Penelitian Tanah. 1966. Peta Tanah Tinjau Jawa Barat.

Nurhayati, Tjutju. 1979. Hasil Destilasi Beberapa Jenis Kayu Indonesia dan Kemungkinan Penggunaannya. Pen. Has. Htn. No 76. Bogor.

Schimdt, F.H. and J.H.A. Ferguson. 1951. Rainfal Types Based on Wet and Dry Period for Indonesia with Western New Guinea. Verh. No. 40. Kem. Perhub. Djaw. Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.

Tarumingkeng, R.E. 1992. Insektisida, Sifat, Mekanisme Kerja dan Dampak Penggunaannya. Penerbit Ukaida, Jakarta. 250 p.

Warsopranoto, S. dan H. Suhaendi, 1977.Kemungkinan Membudidayakan Tengkawang. Lemb. Pengemb. No. 1. LPH, Bogor.




DOI: https://doi.org/10.20886/jphka.2005.2.1.83-91

##submission.copyrightStatement##

##submission.license.cc.by-nc4.footer##

JURNAL PENELITIAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM INDEXED BY:

More...

Copyright of Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam (JPHKA)

eISSN : 2540-9689, pISSN : 0216-0439 

JPHKA is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.