TEKNIK PENABURAN BENIH MERBAU (Intsia bijuga) SECARA LANGSUNG DI HUTAN PENELITIAN PARUNG PANJANG, BOGOR

Nurhasybi Nurhasybi, Dede J. Sudrajat

Sari


Luas kerusakan  hutan di Indonesia mencapai 59,7 juta hektar dengan laju kerusakan kurang lebih 3 juta hektar per tahun. Adanya keterbatasan regenerasi alami dan kendala biaya yang besar untuk penanaman membutuhkan metode lain yang dapat dijadikan alternatif rehabilitasi hutan dan lahan, yaitu dengan penaburan benih secara langsung (direct seeding) untuk menumbuhkan jenis-jenis pionir yang akan menciptakan kondisi untuk tumbuhnya jenis-jenis lokal.  Penelitian ini menggunakan jenis merbau (Intsia bijuga) dengan  rancangan faktorial.  Benih ditabur dibawah tegakan dan ditempat terbuka, dengan cara : (1) Benih tanpa perlakuan ditabur di atas permukaan tapak yang tidak dibersihkan, (2) Benih tanpa perlakuan kemudian ditabur dengan cara ditugal sedalam 2 – 3 cm pada tapak yang sudah dibersihkan dan digemburkan, (3) Benih tanpa perlakuan ditabur di atas permukaan tapak yang sudah dibersihkan dan digemburkan, (4) Benih dikikir dan direndam air selama 30 menit kemudian ditabur diatas permukaan pada tapak yang sudah dibersihkan dan digemburkan dan (5) Benih dikikir dan direndam air selama 30 menit kemudian ditabur dengan cara ditugal sedalam 2 – 3 cm pada tapak yang sudah dibersihkan dan digemburkan.  Parameter yang diukur meliputi daya tumbuh benih dalam bentuk kecambah dan pertumbuhan semai. Hasil penelitian menunjukkan penaburan benih merbau (I. bijuga) lebih baik dilakukan di bawah tegakan dengan intensitas naungan 50 – 65 %. Pertumbuhan diameter semai merbau menunjukkan nilai terbaik pada perlakuan benih dikikir untuk memudahkan benih tumbuh karena kulit benihnya tebal dan direndam air selama 30 menit kemudian ditabur di atas permukaan atau ditabur dengan cara ditugal sedalam 2 – 3 cm pada tapak yang sudah dibersihkan dan digemburkan. Penerapan penaburan benih secara langsung untuk jenis merbau dapat dilakukan pada hutan sekunder atau semak belukar berupa cemplongan atau jalur, karena benih masih mendapat cukup kelembaban untuk tumbuh.


Kata Kunci


merbau (Intsia bijuga); penaburan benih secara langsung; rehabilitasi hutan dan lahan

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Asada, K. 1992. Ascorbate Peroxidase-A Hydrogen Peroxidase-Scavenging Enzyme in Plants. Physiology Plant. 85:235-241.

Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. 2006. Regulasi Pengelolaan Sumber Benih. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan Ditjen RLPS. Proceeding seminar benih untuk rakyat : menggunakan dan memproduksi benih secara mandiri, 4 Desember 2006. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor. Bogor.

Duryea, M.L. 2000. Forest Regeneration Methods: Natural Regeneration, Direct Seeding and Plantation. Florida Cooperative Extention Service, Institute of Food and Agricultural Science. University of Florida.

Ezell, A.W. 2004. Direct Seeding : A Forest Regeneration Alternative. Dept. of Forestry, MSU. Mississippi. USA.

Gates, D.M. 1968. Transpiration and Leaf Temperature. Annual Review Plant Physiology. 19:107-118.

Hawkins, B.J. 1996. Planting Stock Quality Assessment. Yapa, A. C., ed. 1996. Proc. Intl. Symp. Recent Advances inTropical Tree Seed Technol. and Planting tock Production. ASEAN Forest Tree Seed Centre, Muaklek, Saraburi, Thailand.

Johnson R.L. and R.M. Krinard. 1985. Oak regeneration by direct seeding. Alabama’s Treasured Forests Vol. IV, No. 3, 1983, p. 12-15. Mississippi.

Johnson, R.L. 1980. New Ideas about Regeneration of Hardwoods. Proc. Hardwood Regeneration Symp. Southeast umber Manuf. Assoc., Forest Park. p 17-19.

Mann, W.F., Jr. 1961. Guidelines for direct seeding loblolly pine. US. Forest Services. Pp. 188.Mile, Y. 1998. Country Paper in Acacias for Amenity Planting and Environmental Conservation. Proceeding of COGREDA. Taipei, Taiwan.

Mulyani. 2008. Penampilan Tanaman Pulai, Jabon, dan Kiputih di Hutan Penelitian Parungpanjang, Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Pakuan. Bogor.

Nurhasybi, D.J. Sudrajat, A.A. Pramono, dan B. Budiman. 2007. Review Status Iptek Perbenihan Tanaman Hutan. Publikasi Khusus Vol. 6. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan. Bogor.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1991. Pengambilan dan Pengujian Sampel Tanah di Hutan Penelitian Parungpanjang. Kerjasama Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat dan Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

Schmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis 2000. Terjemahan. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan Dan Perhutanan Sosial. Departemen Kehutanan.

Seiwa, K. 1998. Advantages of Early Germination for Growth and Survival of Seedlings of Acer Mono under Different Overstorey Phenologies in Deciduous Broad Leaved Forests. Journal of Ecology. 86. 219-228.

Tucker, G.F. dan W.H. Emmingham. 1977. Morphological Changes in Leaves of Residual Western Hemlock after Clear and Shelter Wood Cutting. Forest Science. 23:195-203.

Tucker, GF., T.M. Hinckley, J. Leverenz, dan S. Jiang. 1987. Adjusment of Foliar Morphology in the Acclimation of Understory Pacific Silver Fir Following Clearcutting. Forest Ecology andManagement. 21:249-268.

Williston, H.L. Dan W.E. Balmer. 1983. Direct Seeding of Southern Pines - A Regeneration Alternative. USDA Forest Service. Southern Region. Forestry Bulletin R8-FB/M1. 6 p.




DOI: https://doi.org/10.20886/jpht.2009.6.4.209-217

##submission.copyrightStatement##

JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN INDEXED BY:

More...

Copyright of Jurnal Penelitian Hutan Tanaman (JPHT)

eISSN : 2442-8930 pISSN : 1829-6327

JPHT is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.