PERBANDINGAN HIBRID ULAT SUTERA (Bombyx mori L.) ASAL CINA DENGAN HIBRID LOKAL DI SULAWESI SELATAN

Lincah Andadari, Kuntadi Kuntadi

Sari


Uji mutu hibrid ulat sutera asal Cina dilakukan dengan membandingkan beberapa parameter pemeliharaan dengan hibrid lokal produksi Perum Perhutani guna menilai potensinya sebagai hibrid alternatif. Kedua hibrid diuji coba di dua lokasi berbeda di Sulawesi Selatan, yaitu Soppeng (100 m dpl) dan Enrekang (800m dpl), menggunakan rancangan acak kelompok dengan pola faktorial. Parameter yang diamati meliputi persentase penetasan, masa larva, rendemen pemeliharaan dan kualitas kokon. Hasil penelitian menunjukan hibrid Cina menghasilkan persentase daya tetas, rendemen pemeliharaan, dan daya gulung serat sutera yang lebih tinggi daripada hibrid lokal di kedua lokasi pemeliharaan. Perbedaan kedua hibrid sekitar 9% untuk daya tetas telur, 13% untuk rendemen pemeliharaan, dan antara 6–9% untuk daya gulung serat. Hibrid Cina juga memiliki masa larva yang lebih pendek sekitar dua hari dibandingkan hibrid lokal. Sementara hibrid lokal Perhutani menghasilkan kualitas kokon yang lebih baik dari pada hibrid Cina. Hibrid lokal juga menghasilkan persentase jumlah kokon normal yang lebih tinggi.

Kata Kunci


Hibrid Cina; hibrid Perum Perhutani; kualitas kokon; kualitas telur; ulat sutera

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Atmosoedardjo, H.K., Kartasubrata, J., Kaomini, M., Saleh,W., & Moerdoko,W. (2000). Sutera Alam Indonesia. Cetakan Pertama. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya.

Budisantoso, H. (1997). Pengaruh alat pengokonan dan teknik pemasakan kokon terhadap kualitas serat. Jurnal Penelitian Kehutanan 2(4): 30-45. Balai Penelitian Ujung Pandang, Makasar.

Choe Byong Hee. (nd). Sericulture technology. Seoul National University. Suwon. Korea.

ESCAP. (1993). Principles and techniques of silkworm breeding. New York: United Nations.

Gowda, B.N., & Reddy, N.M. (2007). Influence of different environmental conditions on cocoon parameters and their effects for reeling performance of bivoltine hybrids of silkworm, Bombyx mori L. Int. J. Indust. Entomol, 14(1):15-21.

Hussain, M., Khan, S.A., Naeem, M., Aqil, T., Khursheed, R., & ul Mohsin, A. (2011b). Evaluations of silkworm lines against vari- ations in temperature and RH for various parameters of commercial cocoon production. Psyche vol. 2011, article ID 145640. Akses tanggal 29 September 2012, dari: http://www. hindawi.com/journals/psyche/2011/145640/.

Kaomini, M. (2002). Pedoman teknis pemeliharaan ulat sutera. Bandung: Samba Project.

Kim, S.E. (1998). Silkworm breeding. In: Principles and Practices in Sericulture, NSERI. Korea.

Mah, Y.I. (1998). Silkworm rearing. In: Principles and practices in sericulture. National Sericulture and Entomology Research Institute. Republic of Korea.

Mattjik, A.A., & Sumertajaya, I.M. (2002). Perancangan percobaan. Bogor: IPB Press.

Mirhosseini, S.Z., Nematollahian, S., Ghanipoor, M.,& Seidavi, A. (2010). Comparison of phenotypic and genetic permormance of local silkworm groups and two commercial lines. Biol. Res.43: 411-416.

Nezhad, M.S., Mirhosseini, S.Z., Gharahveysi, S., Mavvajpour, M., & Seidavi, A.R. (2010). Performance of peanut cocoon strains of Iranian silkworm (Bombyx mori) germ-plasm with reference to reproductive characters. J. Food, Agriculture and Environment 8(3&4):1096-1101. WFL Publisher, Science and Technology. Akses tanggal 29 September 2012, dari: http://www.world-food.net.

Peraturan Menteri Kehutanan No. P-56/Menhut-II/2007 tentang Pengadaan dan Peredaran Telur Ulat Sutera, tanggal 7 Desember 2007.

Samsijah, & Andadari, L. (1993). Perbandingan kualitas kokon dan serat beberapa persilangan ras ulat sutera (Bombyx mori L). Buletin Penlitian Hutan No. 556: 23-39. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.

Saheb, N.M.B., & P. Gowda. (1987). Silkworm seed technology. In Jolly, M.S. (ed.) Appropriate sericulture techniques. International Centre for Training and Research in Tropical Sericulture. Mysore, India.

Sadapotto, A. (2010). Penataan institusi untuk pening- katan kinerja persuteraan alam di Sulawesi Selatan: Studi Komparasi di Enrekang, Soppeng, dan Luoding City, Cina. (Tidak dipublikasikan) Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Seidavi, A. (2012). Study on thirty one economically important traits in twenty silkworm Bombyx mori Varieties. African J. Biotechnology 11 (36):8938-8947.




DOI: https://doi.org/10.20886/jpht.2014.11.3.173-183

##submission.copyrightStatement##

JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN INDEXED BY:

More...

Copyright of Jurnal Penelitian Hutan Tanaman (JPHT)

eISSN : 2442-8930 pISSN : 1829-6327

JPHT is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.