KARAKTERISTIK FINISHING DAN SIFAT DASAR LANTAI BAMBU SEBAGAI PENGGANTI KAYU SOLID

Khairun Hidayat, Naresworo Nugroho, Dede Hermawan

Abstract


Bambu sebagai substitusi bahan baku flooring sangat potensial untuk dikembangkan karena umumnya flooring terbuat dari kayu solid atau jenis kayu keras, yang memiliki kualitas tinggi tetapi ketersediaanya terbatas. Bambu dipilih dalam industri pengolahan kayu khususnya papan laminasi dikarenakan corak yang khas dan mengkilap, serta memiliki keluatan yang cukup tinggi. Dalam studi ini flooring dari bambu Indonesia diuji mengacu pada standar ISO 21629-1 bamboo flooring for indoor use, dan diharapkan mampu memberi rekomendasi penyusunan SNI untuk flooring bamboo. Pengujian meliputi Modulus of Elasticity (MOE), Modulus of Rupture (MOR), stain resist, adhesion test, abrassion test, dan hardness by pencil test.  Formulasi susunan vertikal dengan 3 lapis coating secara keseluruhan mendapat nilai rata-rata paling baik dalam penelitian ini dengan nilai MOE 162.603 kg/cm2, MOR 1259.331 kg/cm2, adhesion test 2-4B, abrasion test 0,1149 g, hardness by pencil test 2-4H  dibandingkan dengan formulasi lain dan flooring jati sebagai nilai kontrol. Inovasi produk bambu ini diharapkan dapat diproduksi secara komersial dengan sifat yang baik dan dapat dijadikan sebagai standar acuan dalam pembuatan SNI flooring bambu.


Keywords


bambu, lantai, laminasi, pelapis, sifat mekanis

References


Abdurachman, Hadjib N, Jasni, Balfas J. 2015. Sifat balok komposit kombinasi bambu dan kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 33(2): 115-124.

Aini N, Morisco, Aniota. 2009. Pengaruh Pengawetan terhadap Kekuatan dan keawetan produk laminasi bambu. Forum Teknik Sipil 19(1): 983-984

American Standard Testing and Material (ASTM). 2014. Standard Test Method for Abrasion Resistance of Organic Coatings by the Taber Abraser (D 4060-14). ASTM International. West Conshohocken, PA.

American Standard Testing and Material (ASTM). 2020. Standard Test Method for Film Hardness by Pencil Test (D3363-20). ASTM International. West Conshohocken, PA.

Arsad E. 2013. Peningkatan Nilai Tambah Bambu Non Komersial Sebagai Bahan Baku Pembuatan Pellet Bambu. Baristand Industri Banjarbaru.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Forestry Production Statistics 2015 and 2016. Jakarta.

Bahtiar ET, Nugroho N, Karlinasari L, Surjokusumo S, Darwis A. 2014. Rasio ikatan pembuluh sebagai substitusi rasio modulus elastisitas pada Analisa layer system pada bilah bamboo dan bamboo laminasi. J. Tek. Sipil. 21(2):147-162.

Balfas, J. 2017. Quality organic putty from teak wood powder and sirlak. Journal of forest products research, 155–170.

Bowyer JL, Shumlsky R, HaygreenJG. 2003. Forest product and Wood Science: An Introduction. Ed ke-4 Ames, Iowa State Press

Dirga SP. 2012. Karakteristik Bilah dan Buluh Bambu Gombong dan ayan. Fakultas Kehutanan. Teknologi Hasil Hutan. IPB. Bogor

European Committee for Standardization (.EN). 2014. EN 12720:2009+A1:2014 Furniture—Assessment of Surface Resistance to Cold Liquids; European Committee for Standardization: Brussels, Belgium, 2014.

European Committee for Standardization (EN). 2014. EN 12720:2009 A1:2014 Furniture—Assessment of Surface Resistance to Cold Liquids; European Committee for Standardization: Brussels, Belgium.

European Committee for Standardization. (EN). 2014. 310.- 1993. Wood Based Panels Determination of Modulus of Elasticity in Bending and of Bending Strength. European Committee for Standardization: Brussels, Belgium, 2014.

Fadli TM. 2006. Sifat fisis dan mekanis bambu lapis dari bambu andong (Gigantochloa verticillata (Willd.) Munro) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Friedrich, K., Akpan, E. I., & Wetzel, B. (2017). Structure and mechanical/abrasive wear behavior of a purely natural composite: black-fiber palm wood. J. Mater. Sci., 52(17), 10217-10229. http://doi: 10.1007/s10853- 017-1184-5

Hardiyanto R. 2018. Karakteristik bamboo lapis dari bamboo andong dengan core yang berbeda. Teknologi hasil hutan. IPB. Bogor

Hendrawan P. 2005. Pengujian Sifat Mekanis Panel Struktural dari kombinasi Bambu Tali (Gigantochloa apus Bl. ex. (Schult. F) Kurz) dan Kayu Lapis. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Fakultas Kehutanan.

Hendriwan P. 2005. Pengujian Sifat mekanis Panel Struktural dari Kombinasi Bambu Tali (Gigantochloa apus) dan Kayu Lapis. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Fakultas Kehutanan.

Huda MM. 2015. Karakteristik fisik, mekanik dan termal papan partikel sabut kelapa (Cocos nucifera L.) berlapis bambu betung (Dendrocalamus asper sp.) sebagai material bangunan. Bogor (ID); Institut Pertanian Bogor

International Organization for Standardization (ISO). 2013. Paints and varnishes-Cross-cut test ISO 2409-2013. Geneva (SW): International Organization for Standardization.

International Organization for Standardization (ISO). 2021. Bamboo Flooring-Part 1 Indoor Use ISO 21629-1-2021. Geneva (SW): International Organization for Standardization.

Japan Agricultural Standard (JAS). 2003. Glued Laminated Timber. JIS 234. Tokyo (JP): Ministry of Agriculture, Forestry, and Fisheries.

Li J, Guo, MR 2002. Develop an environmentally safe wood finish product using whey protein as a co-binding material. J. Dairy Sci. 85:380.

Liese W. 1992. Adhesives Technology Handbook. New Jersey (US): Noyes Publications.

Nandika D, Matangaran JR dan Darma IGKT. 1994. Keawetan dan Pengawetan Bambu. Dalam : Widjaja AE., MA. Rifa`i, dan D. Nandika (penyunting). Strategi Penelitian Bambu di Indonesia. Makalah Sarasehan Bambu di Indonesia di Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPIPTEK) Serpong tanggal 21-22 Juni 1994. Yayasan Bambu

Lingkungan Lestari. Bogor.Ohtani, T. (2008). The effects of mechanical parameters of the stress-strain diagram on wood abrasion. Wear, 265(11-12), 1557-1564. http://doi: 10.1016/j.wear.2008.02.007.

Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI), NI-5. PKKI 1961. Departemen Pekerjaan Umum.

Santoso A, Sulastiningsih IM, Pari G, Jasni. 2016. Pemanfaatan Ekstrak kayu merbau untuk perekat produk laminasi bambu. Jurnal penelitian hasil hutan 34(2): 89-199.

Standadar Nasional Indonesia (SNI). 1999. Polivinil asetat emulsi untuk perekat pengerjaan kayu. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta (id)

Sulastiningsih IM, Nurwati, Santoso A. 2005. Pengaruh lapisan kayu terhadap sifat bambu lamina. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 23(1): 15-22.

Sulastiningsih, I.M., A. Santoso and T.Yuwono. 1998. Effect of position along the culm and number of preservative brushing on physical and mechanical properties of laminated bamboo. Proceedings Pacific Rim Bio-Based Composites Symposium. November 2-5, 1998, Bogor, Indonesia. Pp. 106 – 113. Faculty of Forestry, Bogor Agricultural University. Bogor.

Sulastiningsih, I.M., Nurwati dan P. Sutigno.1996. Pengaruh Jumlah Lapisan Terhadap sifat bamboo lamina. Bulletin Penelitian Hasil Hutan 14(9): 366-373. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan. Bogor. Indonesia

Tsoumis G. 1991. Science and Technology of Wood: Structure, Properties, Utilization. Thessaloniki (GR): University of Aristotelion.

Widiyanto A. 2002. Kualitas papan partikel kayu karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg) dan bambu tali (Gigantochloa apus Kurz) dengan perekat cair kayu[Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wulandari PR, Hakim L, Sucipto T. 2014. Kualitas Betung Bambu Laminasi (Dendrocalamus asper) dalam Berbagai Perlakuan Sortimen Ukuran dan Buku Bambu. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.




DOI: https://doi.org/10.20886/jphh.2022.40.3.215-223

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


JURNAL PENELITIAN HASIL HUTAN INDEXED BY:

More...


Copyright © 2015 | Jurnal Penelitian Hasil Hutan (JPHH, Journal of Forest Products Research)

eISSN : 2442-8957        pISSN : 0216-4329

       

JPHH is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.