KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK

Yelin Adalina, Dodik Ridho Nurrochman, Dudung Darusman, Leti Sundawati

Sari


Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) menghadapi masalah degradasi sumberdaya alam dan lingkungan, rendahnya ekonomi masyarakat dan meningkatnya jumlah penduduk di dalam kawasan. Dukungan dan partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian taman nasional sulit terwujud tanpa diimbangi upaya nyata yang dapat mengakomodir kepentingan ekonomi dan ekologi secara seimbang. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik sosial ekonomi masyarakat sekitar TNGHS sebagai bahan masukan dalam pengeloaan taman nasional. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2012 sampai dengan Mei 2013 dengan mewawancarai sebanyak 297 responden dari delapan desa yang dipilih secara sengaja (purposive sampling). Data penelitian dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat yang bertempat tinggal di dalam dan di sekitar TNGHS secara sosial relatif homogen. Seluruh responden beragama Islam dengan etnis Sunda, 88% tergolong usia produktif, tingkat pendidikan formal tergolong rendah (86,9%), namun memiliki tingkat kesehatan yang baik (85,18%). Sebagian besar responden (87,9%) adalah penduduk asli. Rata-rata tingkat pendapatan responden sebesar Rp 1.155.000,-/bulan dan di bawah Upah Minimum Regional (UMR) baik menurut ketentuan Provinsi Jawa Barat maupun Provinsi Banten. Rata-rata kontribusi pendapatan dari lahan TNGHS terhadap total pendapatan rumah tangga responden sebesar 38,65% termasuk kategori sedang


Kata Kunci


Usia produktif; status sosial; lahan milik; lahan garapan

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Adiprasetyo, T., Eriyanto, Noor, E. & Sofyan F. (2009). Sikap masyarakat lokal terhadap konservasi taman nasional sebagai pendukung keputusan dalam pengelolaan Taman Nasional Kerinci Seblat. Jurnal Bumi Lestari 9 (2) : 173-186. Universitas Udayana. Bali.

Ahenkan, A. & Boon, E. (2011). Non-timber forest product (NTFPs) : clearing the confusion in semantics. Journal of Human Ecology 33 (1) : 1-9. Kamla-Raj Enter- prises. New Delhi. Diakses Mei 2014 dari http://www.krepublisher.com.

Balai TNGHS. (2007). Rencana pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun Salak periode 2007-2026. Kabandungan (ID) : BTNGHS.

Departemen Kehutanan. (2003). Keputusan Menteri Kehutanan No.175/ kpts-II/2003 Tentang Penunjukkan Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) berubah menjadi Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dari 40.000 Hektar menjadi 113.357 Hektar.

Dunggio, I. & Gunawan, H. (2009). Telaah sejarah kebijakan pengelolaan taman nasional di Indonesia. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan 6 (1) : 43-56. Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan. Bogor.

Galudra, G., Sirait, M., Rhamdaniaty, N., Soenarto, F. & Nurzaman, B. (2005). History of landuse and degradation of Mount Halimun Salak National Park. Jurnal Manajemen Hutan Tropika 11 (1) : 1-13. Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Garsetiasih, R. (2012). Manajemen konflik konservasi Banteng (Bos javanicus d’Alton 1832) dengan masyarakat di Taman Nasional Meru Betiri dan Taman Nasional Alas Purwo Jawa Timur [disertasi]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 218 hal.

Gunawan, H., Bismark, M. & Krisnawati, H. (2013). Kajian sosial ekonomi masyarakat sekitar sebagai dasar penetapan tipe penyangga Taman Nasional Gunung Merbabu, Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 10 (2) : 103-117. Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi. Bogor.

Hamid, R., Zulkarnaini, & Saam, Z. (2011). Analisis sosial ekonomi masyarakat desa hutan pasca kegiatan HPH PT Siak Raya Timber di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Jurnal Ilmu Lingkungan 5 (2) : 130- 148. Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Riau. Pekan Baru.

Hardiansyah, G., Boer, R., Kusmana, C. & Darusman, D. (2009). Dinamika sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan dalam hubungannya dengan model pengelolaan hutan produksi dan sistem TPTII dalam kerangka REDD. Jurnal Perennial 5 (1) : 45-52. Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin. Makasar.

Junaedi, E., & Maryani, R. (2013). Pengaruh dinamika spasial sosial ekonomi pada suatu lanskap Daerah Aliran Sungai (DAS) terhadap keberadaan lanskap hutan (studi kasus pada DAS Citanduy Hulu dan DAS Ciseel, Jawa Barat). Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan 10 (2) : 122-139. Puslitbang Sosial Ekonomi dan

Kebijakan Kehutanan. Bogor.

Kadir, A. (2005). Pengembangan sosial forestry di SPUC Borisallo : analisis sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Info Sosial Ekonomi 5 (2) : 297-309. Puslitbang Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan. Bogor.

Kadir, A., Awang , S.A., Purwanto, R.H., & Poedjirahajoe, E. (2012). Analisis kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar Taman Nasional Batimurung Bulusaraung, Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Manusia Dan Lingkungan 19 (1) : 1-11. Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Kartodihardjo, H. (2013). Tantangan penggunaan interdisiplin dalam pengelolaan hutan: anjuran koalisi ilmu ilmu manajemen hutan, ekonomi dan institusi. Jurnal Manajemen Hutan Tropika, XIX (3) : 216-218. Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mantra, I.B. (2000). Demografi umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 396 hal.

Marwa, J., Purnomo, H., & Nurrochmat, D.R. (2010). Managing the last frontier of Indonesian forest in Papua. AKECOP Korea and IPB. Bogor.

Marwoto. (2013). Peran modal sosial masyarakat dalam pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat. [tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 152 hal.

Maryudi, A., & Krott, M. (2012). Local struggle for accessing state forest property in a Montane Forest Village in Java, Indonesia. Journal of Sustainable Development 5 (7) : 62-68. Doi 10.5539/jsd. v5n7p62. Diakses 15 Juni 2014 dari http://www.ccsenet.org/journal/index.php/jsd/article/view/16935.

Supranto, J. (2000). Statistik, teori dan aplikasi. Tulus S dan Ali S, Edidor. Edisi 6 Cetakan pertama. Erlangga. Jakarta. 384 hal.

Syarif, N.R. (2010). Tipologi habitat Ke dawung (Parkia timoriana (DC) Merr) di zona rehabilitasi Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur [tesis]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 82 hal.

Waluyo, E.A., Ulya, N.A., dan Martin, E. (2010). Perencanaan sosial dalam rangka pengembangan hutan rakyat di Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 8 (3) : 271-280. Puslibang Konservasi dan Rehabilitasi. Bogor.

Watung, N., Dien, C., Kotambunan, O. (2013). Karakteristik sosial ekonomi masyarakat nelayan di Desa Lopana Kecamatan Amurang Timur Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal AKULTURASI 1 (2) : 9-12. Agrobisnis Perikanan UNSRAT. Manado.

Yatap , H. (2008). Pengaruh peubah sosial ekonomi terhadap perubahan penggunaan dan penutupan lahan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak [tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 246 hal.

Yudilastiantoro , C. (2011). Faktor-faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap luas lahan garapan di KHDTK Rarung, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan Kehutanan 8 (1) : 19-33. Puslitbang Sosial Ekonomi dan Kebijakan. Bogor.




DOI: https://doi.org/10.20886/jphka.2015.12.2.105-118

##submission.copyrightStatement##



JURNAL PENELITIAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM INDEXED BY:

More...

Copyright of Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam (JPHKA)

eISSN : 2540-9689, pISSN : 0216-0439 

JPHKA is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.